SuaraSulsel.id - Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan tidak hanya dikenal dengan keindahan dan sumber daya alamnya, tetapi juga dengan warisan budaya islam yang kaya.
Salah satu bukti sejarah yang menghiasi kabupaten ini adalah Masjid Tua Tondon, tempat ibadah yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat setempat.
Masjid Tua Tondon merupakan masjid tertua di Enrekang. Lokasinya berada di Dusun Tondon, Desa Tongkonan, kecamatan Masalle.
Masjid ini membawa jejak sejarah dan nilai keagamaan ke Kabupaten Enrekang sekitar empat abad yang lalu.
Tahun berdirinya masjid itu hanya dituturkan dari mulut ke mulut melalui cerita. Tak ada catatan pasti yang bisa dijadikan rujukan bagaimana masjid yang berdiri di atas perbukitan itu bermula.
Kendati demikian, melalui tuturan, kisah mengenai masjid ini kerap tersisip dalam obrolan mengenai bagaimana Islam masuk ke Enrekang. Konon, tokoh pelopor pembangunan masjid ini adalah Ne' Saimi, orang pertama yang membacakan khutbah shalat Jumat di Tondon.
Masyarakat setempat percaya bahwa area masjid ini pernah menjadi benteng pertahanan dan tempat persembunyian pada zaman perang. Ini lantaran hanya ada satu jalan untuk mencapai bukit dan yang mengetahui hanya masyarakat di daerah itu.
Posisi masjid yang berada di bukit bebatuan juga jadi bukti masjid tua ini berada di area situs megalitikum atau zaman batu besar.
Yang menjadi daya tarik memang masjid Tua Tondon dibangun dari kayu dengan gaya arsitektur tradisional atap tumpang dari ijuk Bentuk atap ini jadi salah satu penanda masuknya Islam ke Indonesia.
Baca Juga: Asal Usul Pohon Cabai Jadi Tiang Masjid Tua Taqwa Jerrae Sidrap, Bikin Penasaran!
Walau dibangun dengan gaya arsitektur tradisional, kondisinya masih lestari hingga kini. Kayu-kayu ulin yang dominan di masjid itu menunjukkan masih dipertahankannya keaslian bahan baku asli bangunan itu.
Posisi bangunannya terdiri dari dua tempat. Untuk bagian belakang dijadikan tempat berdoa, dan bangunan tempat penyimpanan pusaka di bagian depan.
Menariknya, masjid ini tak boleh dimasuki sembarang orang. Ada banyak aturan yang wajib untuk dipatuhi.
Seperti, harus didampingi oleh penjaga masjid atau tokoh adat setempat, tidak boleh melontarkan kata-kata kasar, harus datang dengan niat baik, dan tidak boleh pula berpakaian warna merah atau kuning.
Bukan apa-apanya. Masyarakat sekitar percaya bahwa pakaian warna merah dan kuning tidak disukai oleh Rasulullah SAW.
Dilarang pula merokok dan mengenakan alas kaki. Itu karena bangunan masjid terbuat dari kayu dan ijuk yang rawan terbakar.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kata-kata Elkan Baggott Curhat ke Jordi Amat: Saat Ini Kan Saya...
- Kata-kata Ivar Jenner Usai Tak Dipanggil Patrick Kluivert ke Timnas Indonesia
- Usai Kena OTT KPK, Beredar Foto Immanuel Ebenezer Terbaring Dengan Alat Bantu Medis
- 3 Pemain Keturunan yang Menunggu Diperkenalkan PSSI usai Mauro Zijlstra
- Tangis Pecah di TV! Lisa Mariana Mohon Ampun ke Istri RK: Bu Cinta, Maaf, Lisa Juga Seorang Istri...
Pilihan
-
5 Fakta Kekalahan Memalukan Manchester City dari Spurs: Rekor 850 Gol Tottenham
-
Rapper Melly Mike Tiba di Riau, Siap Guncang Penutupan Pacu Jalur 2025
-
Hasil Super League: 10 Pemain Persija Jakarta Tahan Malut United 1-1 di JIS
-
7 Rekomendasi HP 2 Jutaan dengan Spesifikasi Premium Pilihan Terbaik Agustus 2025
-
Puluhan Siswa SD di Riau Keracunan MBG: Makanan Basi, Murid Muntah-muntah
Terkini
-
Semen Padang vs PSM Makassar: VAR Beraksi
-
Sinyal Eksodus Menguat! Wagub Sulsel Fatmawati Rusdi 'Bolos' Demi Dampingi PSI
-
Gubernur Sulsel Perintahkan Kenaikan Pajak Ditunda dan Dikaji Kembali
-
Bocah Viral Pemungut Sisa Kue di Gowa Dapat Hadiah Sepeda dari Gubernur Sulsel
-
Gubernur Sulsel Tanggung Biaya Pengobatan Semua Korban Aksi Unjuk Rasa Bone