Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Selasa, 31 Oktober 2023 | 15:26 WIB
Ilustrasi makan bersama. (envato)

SuaraSulsel.id - Wajib Tahu! Ini 5 Adab Makan Orang Bugis-Makassar.

"Tak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan di meja makan". Begitulah kata-kata orang bijak terdahulu.

Ya, bagi orang Indonesia, tradisi makan bersama itu sudah melekat. Lebih nikmat rasanya dan tentu untuk menjalin kebersamaan.

Biasanya makanan disajikan dengan lauk pauk, lalu dimakan sambil duduk lesehan. Bisa pula dengan mengitari sebuah meja.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Suku Bugis, Suku Terbesar di Sulawesi Selatan

Seperti yang dilakukan Presiden RI, Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin, 30 Oktober 2023.

Jokowi santap siang bersama calon Presiden, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto, yang akan bertarung pada Pilpres 2024.

Beberapa menu yang disajikan yaitu nasi putih, soto lamongan, ayam kodok, sapi lada hitam, dan bebek panggang.

Selain itu tampak juga cumi goreng, udang goreng telur asin, kaylan cah sapi, hingga sajian minuman es laksamana mengamuk serta jus jeruk.

Diselingi perbincangan yang akrab, suasana makan siang Presiden Jokowi bersama ketiga capres pun berlangsung dengan hangat.

Baca Juga: Mantra Cenning Rara Suku Bugis Makassar, Diyakini Bisa Memikat Hati Lawan Jenis

Cara ini dianggap contoh yang sangat baik bagi masyarakat untuk tetap teduh dan bersatu menjelang pesta demokrasi pada 2024 nanti.

Setiap daerah di Indonesia, punya tradisi tersendiri saat makan bersama. Mungkin namanya saja yang berbeda, tetapi punya adab dan tata krama yang sama.

Salah satu daerah yang masih menjunjung tinggi etika makan bersama adalah suku Bugis-Makassar.

1. Wajib Makan Bersama

Masyarakat Bugis-Makassar menganggap meja makan sebagai tempat merekatkan hubungan keluarga. Keharmonisan dan kerukunan dipercaya bisa terjalin lewat meja makan.

Percakapan sebelum, saat, dan setelah menyantap makanan dinilai sangat membantu untuk saling mengenal.

Masyarakat Bugis-Makassar meyakini orang-orang yang makan bersama di satu meja tidak akan saling menyakiti.

2. Berdoa Bersama dan Mendahulukan yang Lebih tua

Yang pertama dan terutama adalah berdoa bersama agar makanan yang disantap membawa berkah.

Kemudian, tidak berebut tempat duduk dan mempersilahkan yang lebih tua terlebih dahulu.

Bagi masyarakat Bugis Makassar, orang tua dalam keluarga adalah yang paling dihargai. Sehingga, mereka harus disuguhi dan memilih hidangan lebih dulu.

Orang yang lebih tua juga yang harus menjadi orang yang paling terakhir selesai makan. Tapi, tidak boleh mendahului sebelum yang lebih tua meninggalkan tempat makan. Ini dilakukan untuk menjaga suasana keakraban.

3. Jangan Menolak Ajakan Makan

Bagi masyarakat Bugis-Makassar, pamali untuk menolak ajakan makan. Walau sedang terburu-buru, tamu setidaknya mencicipi hidangan yang sudah disiapkan.

Orang Bugis-Makassar percaya menolak makanan sama saja mengundang kesialan atau malapetaka. Ini berasal dari sebuah amanah leluhur Bugis yang berbunyi, "Pemmali saleiwi inanre iyarega uwae pellae iya purae ipatala nasaba mabisai nakenna balaq".

Artinya, jangan meninggalkan makanan atau minuman yang sudah dihidangkan karena bisa mengundang bencana.

4. Tidak Bersuara

Larangan ini sudah diterapkan sejak kecil. Orang tua akan memperingatkan agar tidak mengeluarkan bunyi saat sedang mengunyah.

Bagi masyarakat Bugis-Makassar, mulut harus tertutup saat mengunyah makanan sehingga tidak menimbulkan suara berdecak. Bagi sebagian orang, mengecap makanan dianggap sebagai perilaku yang tak sopan

Larangan lain adalah tidak berbicara waktu mulut terisi makanan, apalagi bercanda. Bila akan berbicara, makanan dalam mulut harus ditelan dulu.

5. Jangan Buang Makanan

Menyisakan makanan akan dianggap mubazir. Orang Bugis-Makassar paling benci hal tersebut.

Bagi mereka, menyisakan makanan adalah menyia-nyiakan berkat dari Tuhan. Sementara di luar sana banyak orang yang kelaparan.

Olehnya, aturan ini akan diterapkan secara ketat sejak masih anak-anak. Sejak kecil, orang Bugis-Makassar juga akan mengajari anaknya untuk mengambil nasi dan lauk tidak berlebih.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More