Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Minggu, 24 Juli 2022 | 08:27 WIB
Lokasi wisata bahari kitesurfing di Pantai Mallosoro, Kabupaten Jeneponto [SuaraSulsel.id/https://indonesiakitesurfing.com]

Namun Alfarouq sendiri merasa pesimis karena kebijakan seperti itu telah dijanjikan sejak dua tahun lalu. Tapi sampai sekarang belum dikeluarkan.

Pengamat pariwisata bahari Ahmad Bahar menyayangkan mencuatnya kembali masalah rumput laut dan kegiatan wisata kitesurfing di Pantai Mallosoro.

“Apalagi kalau sampai tutup. Wah sayang sekali ya, destinasi ini bisa membawa Jeneponto ke pentas dunia,” ujar Dosen Departemen Ilmu Kelautan Unhas ini.

Menurutnya, dari tiga lokasi kitesurfing di Indonesia, yaitu di Aceh, di Bali dan di Pantai Mallosoro ini termasuk yang terbaik. Karena berada di dalam teluk dengan hembusan angin yang sangat kencang. Jadi peluang untuk berkembang besar.

Baca Juga: Jeneponto Ingin Jadi Tujuan Olahraga Selancar dan Layar Untuk Gaet Wisatawan Mancanegara

Budidaya rumput laut menghalangi aktivitas olahraga kitesurfing di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/ Dokumentasi Ahmad Bahar]

Menanggapi konflik tersebut, menurutnya semestinya hal tersebut tidak perlu terjadi jika diatur dari awal.

“Aktivitas kitesurfing ini tidak berlangsung sepanjang tahun, sementara rumput laut bisa dilakukan sepanjang tahun. Sehingga jika musimnya wisatawan melakukan kitesurfing seperti sekarang ini sebaiknya diprioritaskan dan diberikan tempat bermain sesuai kebutuhan. Luasan kebutuhan minimal ini memang harus dikaji jika ingin ditentukan,” jelas dosen pariwsata bahari Unhas ini.

Pariwisata jika berkembang dengan baik akan memberikan dampak yang besar kepada masyarakat lokal dan pemerintah.

“Masyarakat Desa Mallosoro bisa lebih meningkat penghasilannya lagi, jika memiliki dua sumber pendapatan dari rumput laut dan wisata bahari. Jadi jangan ditutup kitesurfing,” tandasnya.

Baca Juga: Balita di Jeneponto Terus Menangis Kesakitan, Diduga Korban Kekerasan Seksual

Load More