SuaraSulsel.id - Ada ungkapan. Jika ingin belajar toleransi, maka tengoklah Toraja. Walau kabupaten ini belum pernah dinobatkan sebagai daerah toleran, namun Toraja ternyata paling menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama.
Ya, seperti diketahui, Tana Toraja dan Toraja Utara 80 persen lebih penduduknya beragama kristen dan katolik. Kendati demikian, masyarakat di sana tetap rukun dan hidup berdampingan dengan agama lain.
Sepanjang sejarah berdirinya, disebutkan bahwa tak pernah terjadi konflik agama di Toraja. Masyarakat di sana juga menentang keras jika ada oknum yang menghembuskan soal isu-isu ras atau agama.
Warisan itu masih terlihat pada festival paduan suara di Rantepao, Toraja Utara, Minggu 12 Desember 2021.
Festival untuk memperingati hari natal itu dibuka dengan persembahan lagu kasidah. Seni suara yang beranapaskan Islam. Berisi nasihat dan dakwah.
Mereka yang melantunkan lagu kasidah adalah penyuluh agama yang bertugas di Toraja. Terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Salah satu penyanyi Qasidah, Vivhy mengaku mereka harus latihan lima bulan untuk tampil di festival natal tersebut.
"Lima bulan latihan, tampil lima menit. Tapi kami sangat senang bisa berpartisipasi pada festival natal yang digelar Pemda kali ini," ujarnya, Minggu, 12 Desember 2021.
Bukan kali ini saja. Sebelumnya, Seleksi Tilawatil Quran dan Hadits (STQH) pada tahun 2019 juga digelar di Toraja.
Baca Juga: Rekomendasi Liburan Akhir Tahun, Yuk Bertemu Si Beruang Gemas Bear Republic di MKG!
"Bahkan pagelarannya dilakukan di aula gereja. Hal yang tidak pernah terjadi di daerah lain. Saya bahkan haru dan bergetar kala itu. Subhanallah," kata Kepala Bidang Penaiszawa Kementerian Agama Sulsel, Kaswad Sartono.
Tradisi Tolu Batu Lalikan
Di Toraja juga ada tradisi untuk mempererat toleransi antaretnis dan umat beragama. Namanya Tolu Batu Lalikan.
Tradisi "Tolu Batu Lalikan" dalam bahasa Toraja dimaknai sebagai saling menopang dan mendukung. Menjadikan masyarakat Toraja tidak mudah terpecah-belah. Meski isu disharmoni sedang berlangsung di berbagai daerah.
Memang, persatuan dan kesatuan antarumat beragama dan antaretnis serta golongan di Toraja sangat kokoh dan tidak mudah digoyahkan. Meski ada upaya mengobok-obok semangat toleransi dari luar daerah.
Saat umat Kristiani merayakan Natal dan Paskah, misalnya, umat lain datang menawarkan peran-peran apa saja yang bisa mereka lakukan. Sebagai bentuk partisipasi dan penghormatan. Tanpa mereka harus diundang terlebih dahulu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! Akhir Pahit Mees Hilgers di FC Twente
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Satu Kata Misteri dari Pengacara Pratama Arhan Usai Sidang Cerai dengan Azizah Salsha
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Uya Kuya Klarifikasi Video Joget 'Dikira Rp3 Juta per Hari itu Gede'
Pilihan
-
Figur Kontroversial Era 98 Dianugerahi Bintang Jasa, Siapa Sebenarnya Zacky Anwar Makarim?
-
3 Rekomendasi HP Samsung Rp 1 Jutaan Terbaru Agustus 2025, Terbaru Galaxy A07
-
Shin Tae-yong Batal Dampingi Korea Selatan U-23, Rencana 'Reuni Panas' di Sidoarjo Buyar
-
Daya Beli Melemah, CORE Curiga Target Pajak RAPBN 2026 'Ngawang'!"
-
Prabowo Kirim 'Surat Sakti' ke DPR Demi Dua Striker Baru Timnas Indonesia
Terkini
-
Parade IM3 SATSPAM di Makassar, Kenalkan Fitur untuk Lindungi Masyarakat dari Penipuan Digital
-
La Tamming Bos Tukang Tipu di Tiktok Ditangkap Polisi di Sidrap
-
Apa Itu Bintang Mahaputra Adipurna? Diberikan Prabowo ke Menteri Pertanian Amran Sulaiman
-
Detik-Detik Imam Salat Subuh Ditikam di Masjid Baiturrahman Morowali Terekam CCTV
-
Proyek Gedung Fakultas Hukum Unhas Makan Korban