Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 01 November 2021 | 09:14 WIB
Banjir bandang di Kabupaten Luwu membuat sejumlah fasilitas dan rumah warga rusak, Minggu 31 Oktober 2021 [SuaraSulsel.id / Istimewa]

SuaraSulsel.id - Banjir bandang kembali menghantam kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Akibatnya sejumlah jembatan penghubung hanyut.

Salah satunya jembatan penghubung antara Luwu dan Kabupaten Tana Toraja. Jembatan yang ada di Salu Simbuang Desa Ilanbatu hanyut karena meluapnya air sungai.

Akibatnya jalur ke Toraja, maupun sebaliknya terputus. Dari laporan warga setempat, rumah yang ada di bantaran sungai juga terancam hanyut. Bahkan sebagian sudah roboh.

Begitupun dengan Jembatan Miring di Kota Palopo retak karena hujan deras. Akibatnya jalur trans Sulawesi ditutup sementara.

Baca Juga: Ekologi Walenrang dan Lamasi Kabupaten Luwu Rusak, Pemicu Banjir Bandang

Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) XIII Makassar Insal U Maha mengaku kondisi kerusakan jembatan cukup parah. Ada beberapa retakan di tiang dan ujung aspal jembatan.

"Tim sudah turun mengecek. Kerusakannya karena arus deras dan jembatannya juga sudah cukup lama," kata Insal, Minggu, 31 Oktober 2021.

Insal mengatakan jembatan ini jadi penghubung antara kota Palopo dan wilayah Luwu. Ia mengimbau masyarakat agar mengambil jalur jalan lain jika hendak ke daerah Luwu, Palopo dan Lutra.

Selain itu, masyarakat di bantaran sungai juga diimbau waspada. Karena tanah di pinggiran sungai terkikis jika air naik.

BMKG Imbau Waspada

Baca Juga: Polda Sulsel Terima Laporan Pemerkosaan Ibu Mertua di Kabupaten Luwu

Cuaca buruk melanda sebagian wilayah di Sulawesi Selatan sepekan terakhir. Hujan lebat disertai petir mengakibatkan puting beliung dan banjir bandang menghantam beberapa daerah.

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah IV Makassar Rifky Yuda mengatakan cuaca buruk ini diakibatkan oleh tumbuhnya awan cumulonimbus. Jenis awan tersebut menimbulkan badai petir dan hujan lebat.

Pertumbuhan awan ini terkonsentrasi di daerah pesisir barat Sulsel. Mulai dari Pinrang, Sidrap. Kemudian Gowa, Takalar, Makassar, Maros, Pangkep dan Barru.

"Kemudian juga di bagian timur Sulsel wilayah Wajo yang memiliki potensi tumbuhnta awan ini yang cukup tinggi," ujar Rifky.

Ia menjelaskan awan ini mengakibatkan hujan dengan intensitas yang tinggi. Namun durasinya singkat, hanya di sore hari.

Dampaknya, kata Rifky dapat memicu angin puting beliung. Masyarakat diminta untuk mewaspadai ancaman tersebut.

"Karena memang hujan yang kami pantau hujannya relatif tidak lama tapi lebat. Jadi yang perlu diwaspadai hujan lebatnya, angin kencang. Awan cumulonimbus ini kan sama kilatan petir," jelasnya.

Rifky menambahkan kondisi ini masih akan terjadi sampai beberapa hari ke depan. Apalagi sebagian wilayah sudah memasuki awal musim hujan. Sebagian lagi masih peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

"Oktober-November memang hujannya terkonsentrasi di sore hari. Berbeda nanti kalau di Januari, hujannya bisa sepanjang hari dari mulai pagi sampai dini hari. Puncak musim hujan untuk wilayah barat itu dimulai Januari, sedangkan yang di sebelah timur itu mulai April sampai Mei," tukasnya.

Sebelumnya, ratusan rumah rusak di kabupaten Wajo karena angin puting beliung. Hujan lebat disertai petir menghantam daerah ini sejak Selasa siang.

Di Kabupaten Soppeng dan Barru juga mengalami hal yang sama. Atap rumah warga bahkan beterbangan karena anging kencang.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More