Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 28 Oktober 2021 | 07:00 WIB
Keluarga selebgram Ari Pratama di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Korban ditikam kekasihnya karena kesal tidak mau dinikahi / [SuaraSulsel.id / Istimewa]

SuaraSulsel.id - Lillian Glass, pakar dan penulis buku di Amerika Serikat, membahas mengenai toxic relationship atau hubungan beracun dalam bukunya yang terbit pada 1995, yaitu “Toxic People”.

Mengutip dari VOA, Glass memaparkan, toxic relationship adalah hubungan yang dibangun di atas konflik, persaingan, dan kebutuhan satu orang untuk mengontrol yang lain.
Hubungan semacam ini tidak sehat. Karena jalinan asmara tidak dibangun dengan perasaan tulus. Dalam kasus tertentu, kondisi ini juga bisa berbahaya secara fisik bagi pasangan yang menjadi korban.

Dwi Lestari, staf program di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DI Yogyakarta setuju menggolongkan kisah di Yogyakarta sebagai toxic relationship. Laki-laki ini, kata Dwi, sudah memiliki pasangan atau istri, tetapi juga memiliki Nani sebagai kekasih.

“Itu berarti ada penduaan hubungan. Dan ketika itu terjadi, bisa dikatakan relationship-nya sangat tidak sehat, karena laki-laki ini berusaha melakukan manipulasi perasaan ke istrinya, begitupun ke pacarnya ini,” kata Dwi kepada VOA, Senin (25/10).

Baca Juga: Anggota Ormas Intimidasi Forum Solidaritas Mahasiswa Papua: Dicekik, Dipukul, Ditendang

Dalam hubungan semacam itu, akan ada kebohongan dan proses memberikan janji-janji tertentu. Pihak perempuan bersedia bertahan, karena proses itu hingga batas waktu di mana dia tidak bisa menerimanya lagi.

Dwi mengatakan, toxic relationship sangat banyak ditemukan di tengah masyarakat. Sebagai lembaga yang juga membuka konsultasi keluarga, PKBI DIY juga menerima konseling terkait isu ini.

Dalam kasus terakhir yang bahkan sampai ke meja hijau, tutur Dwi, sebenarnya masyarakat juga harus bersikap adil terhadap Nani. Tidak berhenti pada soal racun sianida, tetapi harus ditelaah pula apa yang terjadi. Sehingga perempuan itu bertindak demikian.

Dwi menilai, Nani adalah contoh perempuan korban manipulasi laki-laki. Karena manipulasi itu, Nani mau bertahan sekian lama.

“Kita perlu melihat bagaimana dia bisa melakukan itu, karena ada sebuah kemarahan. Bagaimana dia selama bertahun-tahun dibohongi, dan ternyata laki-laki ini sudah memiliki istri,” ujar Dwi.

Baca Juga: 179 Pemegang Sertifikat Vaksin Covid-19 Palsu di Makassar Akan Dipolisikan

Di sisi lain, keputusan Nani untuk mengirim makanan beracun juga patut disayangkan. Dwi menyarankan, untuk perempuan yang berada dalam toxic relationship serupa, agar mencari konselor.

Ada banyak lembaga di seluruh Indonesia yang peduli dengan persoalan semacam ini. jalan keluar lebih baik tentu akan bisa ditemukan, misalnya dengan menghubungi atau melaporkan pelaku ke instansi tempat dia bekerja untuk mencari penyelesaian.

Dwi menambahkan, apapun jalan keluarnya, konseling adalah pilihan terbaik bagi perempuan korban toxic relationship. Dia juga mengingatkan, siapapun, dari kelompok umur remaja maupun dewasa, sebaiknya menghindari toxic relationship.

Kasus hubungan beracun antara Tomi dan Nani kini berproses di pengadilan. Kasusnya gempar di Yogyakarta.

Enam bulan lalu, Nani Apriliani Nurjaman mengirim sate bersianida ke Yohanes Tomi Astanto karena rasa kecewa.

Sate beracun sianida itu salah sasaran. Anak pengemudi ojek daring yang mengirim sate itu meninggal, setelah ayahnya membawa pulang kiriman sate itu, karena penerima yang dituju menolak.

Kasus yang menimpa Nani dan Tomi, menjadi salah satu contoh terkait toxic relationship atau hubungan beracun. Meski ada sianida dalam asmara dua orang ini, tetapi racun yang dimaksud dalam toxic relationship adalah sesuatu yang tidak terlihat mata, yaitu sifat hubungan itu yang tidak sehat.


Kasus Makassar

Hubungan beracun juga pernah terjadi di Kota Makassar. Kasat Reskrim Polrestabes Makassar Kompol Jamal Fathur Rakhman mengungkapkan motif seorang perempuan yang menyewa preman untuk menghabisi kekasihnya di Makassar.

Dalam kasus ini adalah faktor sakit hati. Tersangka NA terhadap korban atas hubungan asmaranya yang sempat berjalan setahun namun kandas di tengah jalan.

Awal perkenalan mereka, saat NA memesan jasa transportasi dari aplikasi ketika berada di Kota Makassar. Untuk mengembangkan bisnisnya, lalu bertemu korban AR sopir taksi dari aplikasi trasportasi itu.

Seiring waktu berjalan, komunikasi keduanya intens dilakukan. Hingga berujung pada hubungan asmara. Walaupun NA mengetahui korban memiliki istri, namun hubungan asmara tetap berlanjut.

Namun, setelah terlibat cekcok dengan istri korban dan orang tuanya, tersangka kemudian sakit hati lalu pulang ke Jakarta untuk membuat skenario menjalankan aksinya.

"Tersangka NA sakit hati, karena diperlakukan kasar oleh orang tua dan istri korban. Kemudian meminta bantuan rekannya, serta merekrut beberapa orang di Jakarta dan Makassar. Maka terjadilah skenario pencurian dan kekerasan disertai penculikan ini," ungkap Jamal.

Korban saat itu dibawa mutar-mutar di kawasan Tanjung Makassar. Mata, wajah, dan tangannya dilakban. Bahkan dianiaya para pelaku selama perjalanan.

Sejak itu, hingga 14 Agustus pelaku tidak tahu berada dimana. Nanti saat berada di wilayah perbatasan Manado-Gorontalo, korban baru diturunkan dalam keadaan telanjang.

Korban selanjutnya berjalan kaki hingga lima kilometer. Untuk mencari bantuan kepada warga setempat. Alhasil warga pun membantunya dan berhasil kembali ke Makassar.

Kemudian melaporkan kejadian itu ke kantor Polrestabes Makassar, serta divisum. Hasil visum ditemukan banyak lebam di tubuh korban.

Load More