Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Sabtu, 09 Oktober 2021 | 05:13 WIB
Ilustrasi Pemerkosaan. (Project M)

Meysie lalu memerintahkan pihak DPPPA di Luwu Timur untuk menelusuri hal tersebut saat itu. Dari hasil penelusuran, teman ZA ini mengaku memang pernah sekali ke rumah RA.

Namun saat itu, ia hanya membawa susu yang dititip ZA. Alasannya, ZA enggan menemui RA karena mereka selalu bertengkar ketika bertemu.

Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak juga terus menggali keterangan RA. Mereka mencari tahu, setelah kasus ini viral tahun lalu, RA masih mengantar anaknya bertemu dengan ZA. Padahal RA sudah tahu bahwa anak-anak ini diduga diperkosa.

"Jadi kita hati-hati betul gali ini kasus. Kasihan psikologi anaknya," tutur Meysie.

Baca Juga: Kasus Pencabulan Anak di Lawu Timur, Penanganan Polisi Disebut Lambat dan Tak Transparan

Meysie mengaku tak bermaksud untuk mengesampingkan kasus ini. Mereka juga tak punya motif kepentingan apa-apa.

Apalagi jika dituding polisi dan DPPPA melindungi ZA karena ada yang melindungi. Setahunya, ZA hanya pegawai auditor biasa di Inspektorat. Tidak punya jabatan struktural.

"Banyak kasus cabul, banyak kekerasan seksual yang malah melibatkan orang yang lebih berkuasa kita angkat. Ada yang kepala sekolah, ada keluarga kepala daerah kita tidak takut. Saya tidak mengerti kalau ini kasus dibilang mau dimain-maini apalagi libatkan ayah dan anak," tegas Meysie.

Meysie menambahkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga sudah turun langsung. Hasilnya sama. Tidak bisa ditindaklanjuti karena berpatokan ke hasil visum itu.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Baca Juga: Viral Penghentian Kasus Rudapaksa 3 Anak di Bawah Umur, Ini Kata Mabes Polri

Load More