Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 27 September 2021 | 11:17 WIB
Tim Jatanras Polrestabes Makassar meminta keterangan Asriani Daeng Caya terkait laporan dirinya diikat dan dianiaya preman di Jalan Andalas Makassar [SuaraSulsel.id / Dokumentasi Jatanras Polrestabes Makassar]

SuaraSulsel.id - Tim Jatanras Polrestabes Makassar melakukan penyelidikan terhadap kasus Daeng Cayya. Nenek yang berprofesi sebagai tukang parkir di Jalan Andalas, Kota Makassar.

Kasat Reskrim Polrestabes Makassar Jamal Fathur Rahman memerintahkan khusus timnya agar mengusut kasus tuntas laporan tersebut. Dari hasil penyelidikan sementara, tim menemukan kejanggalan saat memeriksa beberapa saksi dan membuka rekaman CCTV.

Sebelumnya, Direksi Perumda Parkir Kota Makassar mengunjungi nenek yang berprofesi sebagai juru parkir, Asriani Daeng Caya. Setelah mendapatkan laporan yang bersangkutan menjadi korban penganiayaan.

Asriani mengaku memngalami tindakan kejahatan yang dilakukan oleh preman di Jalan Andalas beberapa hari lalu. Juru parkir berumur 62 tahun tersebut mengaku babak belur. Akibat pukulan dan tendangan di dada.

Baca Juga: Murka! Kabba Nekat Bakar Mimbar Masjid Gara-gara Sakit Hati Dilarang Tidur

Kepada penyidik, Daeng Cayya mengaku kaki dan tangannya diikat di depan Indomaret dan Bank BCA Cabang Andalas. Kemudian pelaku berjumlah tiga orang memukulnya dan membawa lari tas miliknya yang berisi uang dan HP.

Dia juga mengaku, petugas keamanan BCA yang melihatnya langsung menolongnya saat itu. Dengan cara memotong tali di kaki dan tangan Daeng Cayya.

"Naikat ka. Nanti di depan Bank BCA baru security lihat dan lepas," ujar Daeng Cayya kepada polisi.

Security Bank BCA Andry mengungkap fakta lain. Malam itu Daeng Cayya justru masuk ke Bank BCA untuk buang air kecil. Kemudian pergi. Saat itu sekitar jam 01.00 Wita, dini hari.

"Kaki dan tangannya tidak terikat karena masuk dengan normal," ujar Andry.

Baca Juga: Tiga Kejadian Menggemparkan Termasuk Pembakaran Mimbar, Mahfud MD: Biar Hakim Memutuskan

Nenek yang berprofesi sebagai juru parkir, Asriani Daeng Caya menjadi korban penganiayaan [SuaraSulsel.id / Istimewa]

Dari rekaman CCTV bank yang diperiksa juga menunjukkan, tidak ada kejadian yang terjadi seperti pengakuan Daeng Cayya. Seperti ketika tangan dan kakinya diikat dan diseret.

"Tersungkur ka pak, tersungkurcka begini," ujar Daeng Cayya menirukan kejadian yang dialaminya di depan anggota Jatanras.

Hal yang sama diungkap salah satu karyawan Indomaret, Iqbal. Katanya, malam itu, Iqbal melihat Daeng Cayya memang tertidur diantara Gedung Bank BCA dan Indomaret. Ia kemudian memberi dus sebagai alas untuk tidur.

"Saya jaga sampai pagi. Saya sempat lihat Daeng Cayya sedang tidur di dekat Bank BCA," ujar Iqbal.

Tak lama berselang, Daeng Cayya menuju bank BCA meninggalkan area Indomart. Hal tersebut sesuai dengan pengakuan security Bank BCA.

"Saya tidak lihat diikat tangannya dan kakinya. Tasnya itu tidak pernah diambil karena sehari setelahnya dia datang, masih ada itu (tas)," bebernya.

Bahkan Iqbal mengaku keesokan harinya ia masih melihat Daeng Cayya dalam kondisi sehat sambil menghitung uang. Dia juga selama ini tidak memakai HP.

"Seperti lebam itu tidak ada. Dia juga tidak pernah pakai HP. Kalau uang mungkin ya kemungkinan besar karena dia sering pegang uang. Tapi kalau HP, saya perhatikan tidak pernah pakai HP dia," tutur Iqbal.

Penyidik kemudian memeriksa hasil CCTV pada saat kejadian. Hasilnya sama. Tidak ada tanda-tanda Daeng Cayya dianiaya dan uangnya diambil.

Seperti diketahui, Daeng Cayya memberi keterangan bahwa bagian mulutnya dipukul menggunakan kunci roda hingga mengeluarkan darah. Namun, dari hasil visum tidak ada tanda kekerasan di bagian mulut bahkan gigi Daeng Cayya.

Kejanggalan lainnya adalah Daeng Cayya mengaku, setelah diikat kaki dan tangannya, security kemudian melepas ikatan tersebut dengan memotongnya menggunakan pisau. Namun, oleh security hal tersebut ditepis.

Karyawan Indomaret lainnya mengaku beberapa hari yang lalu Daeng Cayya mengaku jatuh di selokan. Karena penglihatannya sudah tidak terlalu normal.

"Saat itu hujan deras. Jadi saya bawa mi masuk ke dalam, bersihkan semua yang luka. Dia jatuh di depan selokan BCA," ungkapnya.

Saat itu Daeng Cayya langsung masuk ke tokoh dengan penuh lumpur. Karyawan Indomaret kemudian membantu membersihkan lukanya.

Dokter yang memeriksa kondisi Daeng Cayya mengaku Daeng Cayya sudah tiga kali dirawat di rumah sakit Khusus Dadi Makassar.

Nenek yang berprofesi sebagai juru parkir, Asriani Daeng Caya menjadi korban penganiayaan [SuaraSulsel.id / Instagram Sayap Hati]

Pengakuan Anak dan Menantu

Anak Daeng Cayya yang sempat ditemui penyidik mengaku ibunya memang sempat dirawat di RSKD Dadi pada tahun 2015. Rumah sakit khusus orang dengan gangguan jiwa. Bahkan tahun lalu, ia cukup lama dirawat disana.

"Pernah memang dirawat di rumah sakit. Pertama tahun 2015. Satu tahun yang lalu, satu bulan di dalam," ungkap salah satu anaknya.

Anaknya menduga penyakit Daeng Cayya kambuh lagi. Makanya seperti ngelantur.

"Saya bilang mau makan apa, mau bubur? Dia bilang, tidak mauja. Muracunika. Ini lagi kambuh makanya melantur," tambahnya.

Menantu Daeng Cayya menambahkan, ibu mertuanya mengidap gangguan jiwa. Jika kambuh terkadang melakukan hal-hal aneh.

"Terkadang telanjang, bicara sendiri, tidak tidur 24 jam. Kan dia orangnya blak-blakan, sembarang dia cerita karena agak stres," ungkap sang menantu.

Kejanggalan lain juga ditemukan oleh Jatanras Polrestabes Makassar. Saat Daeng Cayya di ruangan pemeriksaan, Ia berjalan pincang karena mengaku kakinya sakit akibat penganiayaan tersebut.

Tim penyidik kemudian membuntuti Daeng Cayya saat pulang diantar oleh relawan. Faktanya, Daeng Cayya berjalan normal yang dibuktikan dengan video.

Kasubnit 2 Polrestabes Makassar Ipda Nasrullah mengaku kasus ini akan tetap didalami pihaknya. Pihaknya akan terus memastikan apakah laporan Daeng Cayya benar atau tidak.

"Tapi dari hasil penyelidikan sementara, kami belum menemukan adanya fakta seperti yang diceritakan Daeng Cayya," ungkapnya.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More