Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Selasa, 07 September 2021 | 06:43 WIB
Toraja International Festival (TIF) 2021 yang menyuguhkan kesenian tradisional Toraja dan Sulawesi Selatan, sukses digelar di Rante Buntu Pempon, Rantepao, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, pada Minggu (5/9/2021) [SuaraSulsel.id / Antara]

Pelaksana dan penggagas TIF 2021 Franki Raden mengatakan tahun 2021 ini TIF ke-9 juga akan memberikan fokus kepada penampilan kesenian tradisional Toraja dan Sulawesi Selatan.

"Hal istimewa dari penampilan ini adalah grup-grup kesenian yang kami pilih untuk tampil adalah grup-grup kesenian yang secara turun-temurun masih menjaga kelestarian dan keaslian mereka dalam menampilkan musik dan tarian khas Toraja dan Sulawesi Selatan," katanya.

Pertunjukan TIF 2021 murni mengangkat kesenian tradisional lantaran tidak sedikit dari kesenian tersebut yang telah hampir punah.

"Kali ini kita fokus pada kesenian tradisional karena sudah hampir punah, jadi kita juga memberi kesempatan kaum muda untuk kembangkan akar budaya," katanya.

Baca Juga: Lokasi Ini Disebut Surga Tersembunyi di Tana Toraja, Asyik Buat Berkemah

Salah satu contoh, misalnya grup musik paduan suara laki-laki dan wanita tradisional Toraja yang bernama Ma’nimbong dan Ma’dandan. Kedua jenis kesenian ini berasal dari Desa Lokolemo yang terletak jauh di atas wilayah Pegunungan Pangala, daerah di mana pahlawan Toraja yang terkenal, Pongtiku berasal.

Ma’nimbong dan Ma’dandan adalah sebuah musik tutur vokal yang mungkin sudah berusia ribuan tahun dan merupakan prototip musik vokal di dunia jika ditinjau dari konsep estetika dan struktur komposisi musik tersebut.

Musik vokal yang pada prinsipnya menggunakan melodi satu nada berbentuk drone ini usianya dapat dibandingkan dengan lukisan purba yang ada di goa Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan. Demikian pula hal dengan bentuk kesenian bernama Pepe Pepe Baine dari wilayah Gowa.

Bentuk kesenian teatrikal yang bernuansa magis ini juga menunjukkan betapa purba dan uniknya Pepe Pepe Baine. Pada akhirnya semua bentuk kesenian yang akan kami tampilkan secara khusus di atas panggung TIF ke 9 ini menunjukkan tuanya peradaban masyarakat di bumi Nusantara.

Untuk bisa menjadi saksi dari indahnya peradaban manusia Indonesia yang sangat unik dan menarik ini, Franki Raden mengajak masyarakat menonton perhelatan TIF pada 5 September pukul 19:00 (off air) di Rante Buntu Penpom, Toraja Utara atau pada 12 September pukul 20:00 WIB melalui kanal Youtube : Lokaswara Project.

Antusias warga

Baca Juga: Malaysia "Iri" Kasus Covid-19 Indonesia Cepat Turun, Epidemiolog: Datanya Tak Valid

Pelaksanaan TIF 2021 tidak lepas dari antusias masyarakat Torut yang sangat mengapresiasi pergelaran dari tahun ke tahun, apalagi bagi mereka yang ikut langsung ambil bagian pada pelaksanaan ajang tersebut.

Sarlota Yohanis Gau, adalah perempuan berumur 77 tahun yang tampil menyuguhkan tarian khas Toraja yakni Tari Ondo Samalele menjelaskan tarian ini kerap dipertunjukkan pada acara peresmian rumah adat Toraja.

Ditemui di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Sarlota mengaku dirinya tidak hanya antusias menjadi pengisi acara pada perhelatan akbar tersebut, namun merasa haru masih bisa mengambil bagian dalam acara besar di usia senjanya.

"Saya semangat sekali, karena bangga, kita punya adat diliat banyak orang dan bisa memperlihatkan langsung ke dunia," katanya.

Tarian Onde Samalele ini akan dipertontonkan langsung oleh warga Toraja yang separuh dari penarinya tergolong kelompok lansia. Penari bersama pengiring (pemukul gendang) berjumlah 19 orang.

Sarlota berkisah dirinya telah mempelajari tarian turun temurun tersebut sejak duduk di bangku SMP yang turut diajarkan kepada anak dan cucunya guna pelestarian budaya tetap berlangsung.

Load More