Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Sabtu, 10 Juli 2021 | 06:00 WIB
Rahmat Erwin Abdullah atlet angkat besi asal Sulsel yang mewakili Indonesia di Olimpiade Tokyo 2021 [SuaraSulsel.id / Dokumentasi Rahmat Erwin]

SuaraSulsel.id - Perjuangan Rahmat Erwin Abdullah menembus Olimpiade Tokyo 2021 tidak mudah. Dibalik prestasi yang gemilang, ada kisah yang memilukan.

Ibunda Rahmat Erwin, Ami AB menceritakan kisah panjang sang lifter muda atau atlet angkat besi asal Sulsel itu. Mulai dari masalah materi. Hingga minimnya perhatian pemerintah daerah.

Untuk tempat latihan saja tidak ada. Dulu, Rahmat latihan di Stadion Mattoanging. Itu pun dengan peralatan seadanya.

Namun, setelah dibongkar, tidak ada tempat lagi untuk latihan. Ami terpaksa membongkar rumah untuk tempat latihan.

Baca Juga: Info Lengkap Cabor Bulutangkis di Olimpiade Tokyo: Hasil Undian hingga Aturan Lolos Grup

"Padahal angkat besi itu tidak seperti cabang olahraga lain. Harus kontinyu dan fokus. Tidak ada libur, apalagi jadwalnya padat. Angkat besi itu intens," ujar Ami saat dihubungi, Jumat 9 Juli 2021.

Pemprov Sulsel dan KONI, kata Ami, sudah menjanjikan fasilitas latihan sejak tahun 2019. Namun, hasilnya nihil. Padahal segala macam administrasi, proposal, dan lainnya sudah disiapkan.

Latihan di Jakarta

Pada bulan Februari 2021, mereka kembali dijanji. Namun, menurut manajer Rahmat ini, sudah terlambat. Ia lebih memilih menjalani latihan di Jakarta.

"Kita gak ada solusi untuk alat latihan, kita pernah dijanjikan. Sekarang ada kita sudah tidak mau, ada juga kita mau taruh dimana," keluhnya.

Baca Juga: Profil Atlet Olimpiade: Jonatan Christie, Sang Juara Multievent

Namun, kendala ini tak menghalangi putranya untuk terus mengharumkan nama Sulsel dan Indonesia. Sebelum ke Olimpiade Tokyo, Rahmat masih juara di Uzbekistan bulan Mei lalu.

"Kita cinta Makassar, cinta sekali. Sampai sekarang kita belum beralih (ke daerah lain), tapi mudah-mudahan Makassar juga cinta sekali kita. Jangan cintanya hanya ketika bersemi, kalau musim gugur dilupain," harapnya.

Pengalaman paling pahit, kala itu, kata Ami saat Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) tahun 2013. Mereka harus berangkat ke Jakarta menggunakan uang pribadi.

Saat itu kondisi perekonomiannya juga pas-pasan. Biaya akomodasi dan transportasi akan diganti Pemda, asal Rahmat juara.

Namun, Rahmat hanya bisa finish di urutan ke enam. Ia dianggap tak punya peluang.

"Ini yang paling menyedihkan bagi saya saat itu. POPNAS 2013," kenangnya.

Load More