SuaraSulsel.id - Sistem penerimaan peserta didik baru atau PPDB di Sulsel kacau. Tidak hanya masalah jaringan yang bermasalah, tapi soal jalur zonasi.
Sejumlah orang tua mengeluhkan sistem jalur zonasi tahun ini. Mereka yang tinggal dekat salah satu sekolah, malah terlempar ke sekolah yang jaraknya lebih jauh dari rumah.
Hal tersebut terlihat draft pengaduan di Posko PPDB SMAN 5 Makassar. Salah satu orang tua mengeluhkan soal titik koordinat yang berbeda, bahkan alamatnya terlempar sampai di Negara Jerman.
Panitia Pengaduan PPDB di sekolah tersebut Yunus, mengatakan pihaknya telah mengantisipasi hal tersebut. Mereka menyediakan formulir pengaduan bagi calon siswa dan orang tua untuk memperbaiki kesalahan.
Pada posko pengaduan PPDB itu, ada lima orang tua yang mengeluhkan hal yang sama. Soal sistem zonasi yang disebutnya tak adil.
Salah satunya dialami orang tua siswa, Risna. Anaknya juga mendaftar di SMAN 5 Makassar karena jaraknya yang hanya 200 meter dari rumah.
"Saya kaget, jarak rumah dari sekolah cuma 200 meter tapi kenapa malah jadi 5 kilometer," keluhnya.
Ia mengaku setiap tahun zonasi jadi masalah. Tapi tidak pernah ada perbaikan pada sistem tersebut.
Padahal pendaftaran online ini dimaksudkan untuk memudahkan para siswa. Namun justru menyulitkan.
Baca Juga: PPDB Sulawesi Selatan Dimulai Hari Ini, Ada Jalur Penghafal Alquran
Orang tua siswa lainnya di SMAN 21 Makassar, Nur Hasnah juga mengeluhkan hal yang sama. Dia yang tinggal di belakang sekolah, malah terlempar ke SMAN 6 Makassar.
"Jaraknya jauh sekali. Masa kita tinggal di BTP, dilempar ke pinggir tol. Bayangkan saya tinggal di belakang sekolah bisa terlempar," tegasnya.
Diketahui, jalur zonasi PPDB di Sulawesi Selatan sudah dimulai sejak tanggal 14 Juni-16 Juni. Setelahnya, akan ada pendaftaran untuk jalur afirmasi dan perpindahan orang tua siswa.
Keluhan yang sama juga disampaikan orang tua siswa di Jalan Kandea. Rumahnya dekat dengan SMAN 1 Makassar. Tapi saat mendaftar online, sistem tidak memberikan pilihan SMAN 1. Tapi sekolah lain yang jaraknya justru lebih jauh.
Hal yang aneh, katanya, jika siswa memilih SMA, maka sistem hanya memberikan pilihan sekolah SMA. Tidak bisa memilih SMK. "Harusnya kan bisa memilih SMA atau SMK yang dekat dengan rumah," katanya.
Orang tua berharap anak mereka tidak dibuat kecewa dengan sistem penerimaan peserta didik baru ini. "Anak saya sudah tidak mau bicara. Selalu diam melihat sistem penerimaan yang kacau. Khawatir tidak lulus," ungkap orang tua yang enggan disebutkan namanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Bank Mandiri Resmi Buka Livin Fest 2025 di Makassar, Sinergikan UMKM dan Industri Kreatif
-
GMTD Diserang 'Serakahnomics', Kalla Ditantang Tunjukkan Bukti
-
Dugaan Korupsi Pengadaan Bibit Nanas di Sulsel, Kejati Kejar Dana Rp60 Miliar
-
Kejati Geledah Ruang Kepala BKAD Pemprov Sulsel Dijaga Ketat TNI
-
BREAKING NEWS: Kejati Sulsel Geledah Kantor Dinas Tanaman Pangan