Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 09 Juni 2021 | 12:28 WIB
Sejumlah siswa mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka di SD Cimahi Mandiri 2, Cimahi, Jawa Barat, Senin (24/5/2021). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

SuaraSulsel.id - Sekolah Tatap Muka di Sulawesi Selatan sudah akan dilaksanakan bulan depan. Berbagai persiapan pun sedang dilakukan.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar berharap pembukaan tatap muka bisa dipertimbangankan lagi. Para guru dan siswa harus dipastikan kesehatannya terlebih dahulu.

Ketua IDI Kota Makassar Siswanto Wahab bahkan mengatakan IDI sebenarnya menentang rencana ini. Jangan sampai sekolah jadi klaster baru nantinya.

"Siapa yang mau bertanggung jawab jika anak-anak kena covid-19. Apalagi meninggal karena covid. Idealnya guru dan peserta didik harus selesai divaksin baru boleh dikaji soal pembukaan tatap muka langsung. Jika belum, IDI Makassar tidak menyetujui kegiatan tatap muka digelar baik secara terbatas atau tidak terbatas," tegasnya, Rabu, 9 Juni 2021.

Baca Juga: Hari Ini 226 Sekolah di Jakarta Uji Coba Belajar Tatap Muka, Kapasitas 50 Persen

Kata Siswanto rangkaian proses interaksi ke sekolah sangat berpotensi besar menimbulkan penularan terhadap peserta didik. Mulai dari anak keluar, sampai pulang ke rumah.

Apalagi ada yang naik kendaraan umum. Ini yang potensinya besar sekali. Sampai di sekolah pasti ada fase interaksi di antara siswa. Ini rawan jika peserta didik belum divaksin.

"Logikanya, orang dewasa saja kepatuhan terhadap protokol kesehatan masih jauh dari harapan. Apalagi peserta didik yang masih pengen main, bercanda bersama teman. Kita harus peka kepada semua ini," ujar Siswanto.

IDI Makassar menyarankan agar pemerintah fokus pada pencegahan, pengendalian covid-19. Dengan memperbanyak testing dan tracing untuk mencegah dan menurunkan penularan.

Idealnya untuk Sulawesi Selatan, 1.200 hingga 1.300 yang harus diperiksa swab/PCR setiap hari. Itupun di luar pemeriksaan penderita positif covid-19 .

Baca Juga: Kemendikbud Ristek: Klaster Sekolah Kerap Terjadi karena Guru Takut Tunjangan Dipotong

"Kasus covid-19 kembali meninggi di beberapa daerah di Indonesia. Jangan sampai kita jumawa zona hijau, tapi hijau semangka di luar kelihatan hijau tapi sebenarnya merah," tegasnya.

Sementara, Plt Kepala Disdik Kota Makassar, Nielma Palamba menyebut sejumlah skema PTM telah disiapkan. Mulai dari batas kapasitas hingga durasi jam belajar bagi siswa.

"Jadi bulan Juli kan masuk ajaran baru, kita mulai simulasi dulu. Jam belajar SD itu hanya dua jam, SMP itu tiga jam," kata Nielma.

Khusus jam belajar, kata dia, bakal dibatasi merujuk pada instruksi Presiden Jokowi. Olehnya, pihak sekolah harus memastikan jadwal atau roster mata pelajaran yang akan diberikan kepada siswa.

"Kalau kapasitas tentu 50 persen. Mereka nanti per shift masuk. Misalnya kalau SD rombongan belajarnya itu ada 28, nanti yang masuk 14 dulu," ujarnya.

Siswa juga harus menjalani tes Covid-19 melalui rapid antigen. Hal itu untuk memastikan dirinya aman dari penularan virus sebelum menginjakkan kaki kembali di sekolah.

"Ditesting antigen sebelum masuk sekolah. Ini kan masuk program Makassar Recover," ucap ya.

Sejauh ini, Disdik Makassar masih melakukan verifikasi dan validasi di setiap SD dan SMP. Tahapan ini punya tujuan untuk memastikan sekolah layak menggelar PTM.

Ada sekitar 200 tim verifikator yang besar dari Disdik Makassar yang diturunkan ke tiap SD dan SMP di 14 kecamatan. Mereka bertugas untuk menilai kesiapan sekolah menghadapi PTM di tengah pandemi.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More