Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Jum'at, 05 Februari 2021 | 14:08 WIB
Ilustrasi : Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) menunjukkan kantong berisi darah pendonor di Gedung Palang Merah Indonesia (PMI), Kramat, Senen, Jakarta, Rabu (26/8/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraSulsel.id - Sumrah (33 tahun) ibu hamil di Bulukumba meninggal dunia pasca melakukan persalinan. Warga Desa Bontonyeleng, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba ini diduga kehabisan darah.

Salah seorang kerabat Sumrah, ND (31 tahun) mengaku kaget mendengar Sumrah meninggal. Dia menganggap dalam proses persalinan, dokter terkesan memaksakan kekuatan pasien.

Sebab, seluruh keluarga berharap pasien bisa bersalin dengan proses sesar (SC). Karena kondisi bayi yang besar.

"Ibunya lahiran normal padahal harusnya sesar. karena besar janinnya, apalagi anak pertama," katanya saat dikonfirmasi KabarMakassar.com -- jaringan Suara.com, Jumat (5/2/2021).

Baca Juga: Waspada ! Cat Merah di Jalan Raya Ini Sering Telan Korban

Ia menambahkan Sumrah meninggal setelah kehabisan darah. Karena terlambat mendapat transfusi darah, setelah menjalani operasi pengangkatan rahim pasca melahirkan.

"Jadi dokter lakukan proses lahiran normal dengan bantuan vakum sebanyak 2 kali. Sampai robek rahimnya," jelas ND.

Sementara itu saat dikonfirmasi, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Rumah Sakit Andi Sultan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba, dr. Risal mengakui hal itu. Menurutnya pasien memang meninggal karena terlambat mendapatkan transfusi darah.

Penyebab pendarahan diakibatkan karena atonia uteri. Atau proses pendarahan pasca bersalin. Keadaan dimana tidak adanya kontraksi pada rahim sehingga pembuluh darah terbuka.

"Jadi pasien itu butuh transfusi darah sebanyak 8 kantong, sebelum meninggal. Dia meninggal karena kehabisan darah," bebernya.

Baca Juga: Ditangkap! 5 Remaja Terduga Pengeroyok Anggota TNI di Bulukumba

Ia menuturkan janin lahir dengan lancar secara normal.

Load More