Scroll untuk membaca artikel
Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni
Rabu, 06 Januari 2021 | 16:26 WIB
Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock)

3. Fibroid, kista, atau tumor

Dokter umumnya akan melakukan tes pencitraan apabila pasiennya mengalami nyeri panggul yang tidak diketahui penyebabnya.

Tes tersebut bertujuan untuk mencari tahu apakah pasien mengalami fibroid rahim, kista di ovarium, atau tumor pada organ reproduksi.

Mereka juga mungkin akan merekomendasikan kolonoskopi untuk memastikan pasiennya tidak memiliki polip di saluran usus.

Baca Juga: Benarkah Covid-19 Pengaruhi Menstruasi? Bisa Cek Tiga Gejala Ini

Polip di usus besar dan kanker usus besar awal seringkali tidak menunjukkan gejala, tapi umumnya penderita bisa mengalami sakit perut atau ketidaknyamanan yang berlangsung selama seminggu lebih.

Ilustrasi kram perut. (Shutterstock)

4. Infeksi saluran kemih (ISK)

Selain ingin buang air terus-menerus dan sensasi terbakar saat buang air kecil, ISK dapat menyebabkan sakit perut bagian bawah dan kram, terutama pada wanita yang sudah tua.

Jenis infeksi lain juga dapat menyebabkan nyeri panggul kronis, seperti divertikulitis (kantong diusus besar yang meradang) atau kelenjar skene (saluran kecil yang terletak di vagina) yang terinfeksi.

5. IMS yang tidak diobati

Baca Juga: Virus Corona Covid-19 Bisa Timbulkan Masalah Menstruasi, Cek 3 Gejalanya!

Infeksi menular seksual (IMS) yang tidak diobati seperti klamidia atau gonore dapat menyebabkan radang panggul.

Load More