Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 16 November 2020 | 07:40 WIB
Kampung Bunga di Dusun Teko, Desa Pallantikang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa beberapa bulan terakhir ramai dikunjungi warga / [Foto Suarasulsel.id: Lorensia Clara Tambing]

Namun, pandemi Covid-19 seolah menjadi keberkahan bagi mereka. Hampir semua warga beralih profesi menjadi penjual bunga di dusun ini.

Harga beberapa jenis tanaman hias memang merangkak naik antara tiga hingga 10 kali lipat semenjak pandemi Covid-19.

Wabah yang berjangkit di Indonesia sejak Maret 2020 ini membuat sebagian orang mengisi waktu di rumah dengan berkebun.

Salah satu penjual bunga, Daeng Minne (48 tahun) mengaku, awalnya penduduk di dusun ini hanya membudidayakan tanaman tertentu seperti bonsai, dan cabai.

Baca Juga: Pandemi Belum Reda, Mustasyar PBNU Minta Rencana Reuni 212 Ditunda

Namun, akhirnya bunga dan tanaman hias ikut dikembangkan untuk tetap produktif di masa pandemi. 

"Bahkan kami cari bunga ke hutan, sampai ke kabupaten lain. Sekarang beberapa jenis bunga kami beli dari Jawa. Seperti janda bolong, itu karena sudah jarang didapat, dan pembeli jenis bunga itu banyak. Harganya mahal," kata Daeng Minne saat ditemui, Minggu (15/11/2020).

Kampung Bunga di Dusun Teko, Desa Pallantikang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa beberapa bulan terakhir ramai dikunjungi warga / [Foto Suarasulsel.id: Lorensia Clara Tambing]

Pendapatannya lumayan. Dalam sehari bisa meraup hingga Rp 450 ribu. Belum lagi di akhir pekan. Bisa sampai jutaan.

Ribuan spesies bunga dan tanaman hias dapat dibeli disini, harganya pun beragam mulai Rp5.000 sampai ada yang harga jutaan.

Ia pun berharap ada perhatian lebih dari pemerintah setempat. Apalagi, jalan di dusun itu berlubang.

Baca Juga: Doni Monardo: Jika Kembali Langgar Protokol, Rizieq Didenda Dua Kali Lipat

"Pengunjung suka mengeluh jalanannya berlubang. Kalau hujan tergenang, kalau kemarau berdebu," sebutnya.

Load More