SuaraSulsel.id - Pernikahan dini di Lombok Timur terus meningkat. Berdasarkan data Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPA) Lombok Timur, selama 2020 terjadi 16 kasus pernikahan dini.
Kepala Tata Usaha UPTD PPA Lombok Timur, Dyah Pujiyuwana mengatakan, kasus yang saat ini masih ditanganinya adalah rencana pernikahan anak perempuan yang baru menginjak umur 13 tahun.
Calon pengantin wanita berinisial RA ini baru kelas VII SMP. Sedangkan calon laki-laki HI baru berumur 17 tahun.
“Si cowok HI ini juga putus sekolah," ujar Pujiyuwana, Selasa (22/9/2020).
Baca Juga: Kenali Keterlambatan Perkembangan Gerak Anak, Orangtua Wajib Awas
Pujiyuwana mengatakan, kasus tersebut bermula ketika HI mengajak RA jalan-jalan, Sabtu (19/9/2020). Hingga pukul 00:00 Wita. Hal itu membuat keluarga perempuan keberatan.
"Saat anak ini pulang, keluarganya ini sudah nunggu di depan rumah dan merasa emosi. Ketika hendak dimarahi, anak ini melarikan diri bersama anak laki-laki itu,” ulasnya.
Karena tidak terima dengan tindakan dua anak ini, keluarga memutuskan agar mereka dinikahkan. Sesuai adat yang berlaku di Lombok.
Mengetahui hal tersebut dari salah satu warga, petugas PPA Lombok Timur langsung ke lapangan untuk melakukan negosiasi bersama pihak keluarga perempuan. Agar kasus pernikahan tersebut urung dilakukan.
Namun hingga kini, negosiasi yang dilakukan pihak PPA bersama psikolog, belum membuahkan hasil. Dimana proses tersebut terkendala adat Sasak.
Baca Juga: D2KBP3A Dampingi 17 Anak, Korban Kekerasan Seksual di Kabupaten Paser
Keluarga perempuan masih menunggu keluarga laki-laki membawa pisuke atau uang lamaran. Sebelum acara pernikahan dilakukan.
"Kan adat kita di Lombok ini masih kental, dan si ceweknya juga tidak mau pulang. Dia mau tetap ingin dinikahkan. Kalaupun bisa dipisahkan, keluarga si cewek minta sanksi denda," tuturnya.
Kasus pernikahan dini yang melibatkan Siswa SMP 5 Selong tersebut, merupakan kasus yang ke 11 yang ditangani pihak UPTD PPA Lombok Timur.
Padahal pihak sekolah bersama kelurahan setempat rutin melakukan sosialisasi tentang bahaya pernikahan dini.
Petugas PPA Lombok Timur masih terus berupaya melakukan negosiasi bersama RA. Agar bisa diajak pulang. Sehingga pernikahan itu tidak terjadi.
"Kami akan terus berupaya untuk menggagalkan pernikahan anak-anak ini. Kita masih optimis," tutup Pujiyuwana.
Berita Terkait
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas MPV 1500cc: Usia 5 Tahun Ada yang Cuma Rp90 Jutaan
- 5 Rekomendasi Pompa Air Terbaik yang Tidak Berisik dan Hemat Listrik
- Diperiksa KPK atas Kasus Korupsi, Berapa Harga Umrah dan Haji di Travel Ustaz Khalid Basalamah?
- 5 AC Portable Mini untuk Kamar Harga Rp300 Ribuan: Lebih Simple, Dinginnya Nampol!
Pilihan
-
Aura Farming Anak Coki Viral, Pacu Jalur Kuansing Diklaim Berasal dari Malaysia
-
Breaking News! Markas Persija Jakarta Umumkan Kehadiran Jordi Amat
-
Investor Ditagih Rp1,8 Miliar, Ajaib Sekuritas Ajak 'Damai' Tapi Ditolak
-
BLT Rp600 Ribu 'Kentang', Ekonomi Sulit Terbang
-
Usai Terganjal Kasus, Apakah Ajaib Sekuritas Aman Buat Investor?
Terkini
-
Kejati Sulsel Selidiki Dugaan Korupsi Program Revitalisasi Kampus UNM Rp87 Miliar
-
Lukisan Purba di Goa Leang-leang Maros Masuk Buku Sejarah Indonesia
-
Polisi Tahan 2 Dosen Perguruan Tinggi Negeri di Makassar, Dugaan Pelecehan Seksual
-
BRI: Sektor UMKM Mencakup lebih dari 97% dari 65 Juta Pelaku Usaha, Berkontribusi 61% pada PDB
-
UMKM Kuliner Naik Kelas, Binaan BRI Sukses Ekspor Berkat Strategi Pasar Tepat