Kisah Kelam 11 Desember: Westerling Sang Algojo Muda yang Menewaskan 40.000 Jiwa di Sulawesi Selatan

Desember 1946, Kapten Westerling memimpin operasi brutal di Sulsel, menewaskan ~40.000 jiwa demi memadamkan perlawanan RI. Monumen didirikan untuk kenangan.

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 11 Desember 2025 | 14:59 WIB
Kisah Kelam 11 Desember: Westerling Sang Algojo Muda yang Menewaskan 40.000 Jiwa di Sulawesi Selatan
Captain Raymond Westerling, commander of Dutch special forces. (groene.nl)
Baca 10 detik
  • Kapten Westerling memimpin operasi brutal di Sulawesi Selatan mulai Desember 1946 untuk mengakhiri perlawanan Republik.
  • Operasi ini mengakibatkan tragedi besar yang diperkirakan menewaskan sekitar 40.000 jiwa rakyat Sulawesi Selatan.
  • Westerling kemudian gagal dalam upaya kudeta di Jawa Barat dan akhirnya pensiun menjadi penyanyi opera di Belanda.

SuaraSulsel.id - Desember 1946. Di kampung-kampung di sekitar Makassar, desas-desus ketakutan mulai menyebar. 

Nama seorang perwira pasukan khusus Belanda beredar dari mulut ke mulut akan datang. Namanya Kapten Raymond Paul Pierre Westerling

Sosok muda berusia 27 tahun, berdarah Turki itu datang membawa sebuah misi untuk mengakhiri perlawanan Republik di Sulawesi Selatan dengan cara yang paling brutal. 

Operasi dimulai dari Batua, Tanjung Bunga, hingga desa-desa di timur Makassar. 

Baca Juga:Pemprov Sulsel Kerahkan Tim Kesehatan ke Sumatera, Ratusan Korban Bencana Terlayani

Malam hari menjadi waktu yang paling mematikan. Desa dikepung diam-diam, rumah-rumah digedor, dan penduduk digiring ke lapangan terbuka.

Pria dipisahkan dari perempuan dan anak-anak. Di tengah lingkaran bayonet, berdirilah Westerling. 

"Tunjuk! Siapa di antara kalian yang pemberontak? Siapa yang membela Republik?" bentak serdadu Depot Speciale Troepen (DST).

Pilihan penduduk adalah jebakan maut. Jika mereka menunjuk seseorang, orang itu akan ditembak mati di tempat. 

Jika mereka bungkam, Westerling akan memilih tiga sampai lima orang secara acak dan menembak mereka sebagai "contoh". 

Baca Juga:Pemprov Sulsel Tanda Tangani Kontrak Preservasi MYC Paket IV dan V Rp1 Triliun untuk 500 Km

Kekejaman ini menjalar seperti wabah ke daerah Polobangkeng, Galung Lombok, hingga Malino.

Tragedi 40.000 Jiwa

Setiap 11 Desember, warga Sulawesi Selatan memperingati peristiwa kelam yang takkan terlupakan itu. Peristiwa pembantaian yang telah merenggut sekitar 40.000 jiwa rakyat. 

Sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas korban yang jatuh, dibangunlah Monumen Korban 40.000 Jiwa di Pongtiku, Makassar yang kini menjadi saksi bisu tragedi tersebut. 

Jalan di sekitar kawasan tersebut pun dinamakan Jalan Korban 40.000 Jiwa. 

Selain di Makassar, monumen yang serupa juga didirikan di Parepare, di dekat Masjid Raya dan di Kecamatan Bacukiki, serta di Bulukumba dan Polewali Mandar. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini