- Tim Medis Unhas sukses melaksanakan tiga operasi caesar darurat pada Rabu malam, 3 Desember 2025, di RSUD Pidie Jaya.
- Operasi tersebut dilakukan untuk menyelamatkan ibu dengan kondisi preeklampsia berat dan janin letak lintang akibat banjir.
- Ketiga ibu melahirkan selamat dan bayinya stabil, memastikan layanan kesehatan kritis tetap berjalan di tengah bencana.
SuaraSulsel.id - Hujan tak henti mengguyur Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh sejak awal pekan.
Banjir dan longsor yang melanda wilayah itu memutus akses, merendam rumah-rumah warga, dan menekan kapasitas pelayanan darurat di RSUD Pidie Jaya.
Di tengah situasi yang serba terbatas dan listrik yang beberapa kali padam, Tim Medis Universitas Hasanuddin memilih berada di garis depan.
Mereka menutup hari pada Rabu malam, 3 Desember 2025 dengan tiga operasi caesar darurat. Semuanya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi.
Baca Juga:Andi Sudirman Kirim 40 Personel Bantu Penanganan Bencana Aceh dan Sumatera
Malam itu, suasana Instalasi Bedah RSUD Pidie Jaya dipenuhi kecemasan. Air masih menggenang di beberapa sudut kota, dan sebagian tenaga kesehatan setempat ikut terdampak banjir sehingga kelelahan.
Ketika tiga ibu hamil datang hampir bersamaan dengan kondisi berbeda-beda, tim Unhas yang sejak siang sudah bersiaga harus bergerak cepat.
Salah satu dokter anak dari Tim Medis Unhas, dr. Bahrul Fikri, Sp.A(K), Ph.D., mengingat betul suasana dramatis itu.
Ia menyebut hari tersebut sebagai salah satu malam paling melelahkan, tetapi juga paling bermakna dalam tugas kemanusiaan mereka.
"Pasien pertama datang dengan kondisi Preeklampsia Berat, obesitas, dan ketuban pecah dini lebih dari 24 jam. Ini sangat berisiko, sehingga harus segera dioperasi," ujarnya.
Baca Juga:Waspada! Lebih dari Setengah Bencana di Sultra Disebabkan Dua Hal Ini
Ketuban pecah dini yang terlalu lama dibiarkan dapat menyebabkan infeksi serius dan mengancam nyawa ibu maupun bayinya.
Kemudian, ibu kedua menghadapi risiko berbeda. Dengan riwayat operasi caesar sebelumnya, posisinya semakin berbahaya karena janin berada dalam letak lintang.
"Dia tidak mungkin melahirkan normal. Kami harus cepat mengambil tindakan sebelum muncul komplikasi lain," kata dr. Bahrul.
Sementara ibu ketiga juga mengalami preeklampsia berat, kondisi yang tanpa intervensi cepat, bisa berkembang menjadi kejang dan menyebabkan kematian.
Dalam situasi demikian, keputusan tim jelas. Tiga operasi harus dilakukan malam itu juga, meski sumber daya terbatas dan sebagian dokter spesialis di rumah sakit sedang kelelahan akibat ikut terdampak banjir.
"Sebagian dokter obgin dan dokter anak setempat terdampak langsung musibah ini. Mereka juga harus mengurus keluarga. Kami minta mereka beristirahat dulu, dan tim Unhas mengambil alih pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan pediatri sementara waktu," tutur dr. Bahrul.