1,6 Juta Lulusan SMK Menganggur, Cak Imin: Saya Prihatin

Muhaimin Iskandar mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap tingginya jumlah lulusan SMK yang tidak bekerja

Muhammad Yunus
Rabu, 03 Desember 2025 | 14:05 WIB
1,6 Juta Lulusan SMK Menganggur, Cak Imin: Saya Prihatin
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar saat berkunjung ke SMKN 5 Makassar, Rabu (3/12) [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara]
Baca 10 detik
  • Menko PMK Muhaimin Iskandar prihatin 1,6 juta lulusan SMK menganggur karena ketidaksesuaian industri saat kunjungan ke SMKN 5 Makassar.
  • Pemerintah meluncurkan program SMK Go Global untuk menempatkan tenaga terampil Indonesia ke berbagai negara guna mengatasi pengangguran.
  • Ditemukan kendala signifikan berupa kekurangan guru kejuruan dan peralatan usang di SMKN 5 Makassar yang menghambat kompetensi siswa.

SuaraSulsel.id - Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap tingginya jumlah lulusan SMK yang tidak bekerja di Indonesia.

Hal itu diungkapkan Cak Imin, sapaannya saat berkunjung ke SMKN 5 Makassar, Rabu, 3 Desember 2025.

Ia menyebut angka pengangguran lulusan SMK di Indonesia mencapai 1,6 juta orang merupakan masalah serius yang harus segera ditangani pemerintah.

"Saya prihatin lulusan SMK yang belum bekerja 1,6 juta orang karena sistem lulusan dengan ketersediaan industri tidak bisa terserap," ujarnya.

Baca Juga:Ibu Keji Paksa Siswi SMK Aborsi Kandungan 8 Bulan, Bidan Dibayar 300 Ribu untuk Eksekusi

Ia menegaskan persoalan itu tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Cak Imin melihat langsung kondisi pendidikan vokasi, termasuk berbagai kendala yang dialami sekolah maupun siswa di lapangan.

Menurutnya, penyebab banyaknya lulusan SMK yang menganggur adalah ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kerja terampil yang dihasilkan dengan kapasitas industri nasional dalam menyerap mereka.

Makanya, penguatan industri dalam negeri tetap menjadi solusi jangka panjang.

"Jalan yang pertama adalah menguatkan industri dalam negeri. Tentu proses dan kita bekerja keras agar industri dalam negeri tumbuh dengan baik," katanya.

Namun, sebelum industri dalam negeri benar-benar siap, pemerintah menilai peluang kerja luar negeri harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Baca Juga:SPMB 2025 Sulsel: Kuota Domisili Berkurang, Afirmasi Ditambah

Sekarang ini pemerintah menyiapkan program besar bernama SMK Go Global, sebuah skema penempatan tenaga kerja terampil ke berbagai negara dengan kebutuhan tinggi.

Seperti Jepang, Eropa, Timur Tengah, dan sejumlah negara lainnya.

"Kita punya peluang yang cukup bagus. Hampir 1 juta lapangan pekerjaan di berbagai negara yang tidak terisi. Namun harus diingat, banyak negara memperebutkannya. Peluang-peluang pasar kerja luar negeri ini harus kita menangi," bebernya.

Ia menjelaskan pendidikan vokasi harus dipersiapkan sejak awal untuk mengisi peluang tersebut, termasuk penguatan kompetensi bahasa dan sertifikasi.

"Kuncinya adalah mampu bersaing dengan talenta dari Vietnam, Filipina, dan Thailand," kata Cak Imin.

Sekarang ini, pemerintah menyiapkan beasiswa bagi sekitar 500 ribu hingga 1 juta pekerja migran Indonesia terampil agar bisa bekerja di negara-negara yang membutuhkan tenaga kerja terampil.

"Program ini sudah disusun rapi dan presiden langsung menyetujui dan ada anggaran khusus untuk mensukseskan langkah ini termasuk akan kita siapkan sertifikasi dan bahasa," sebutnya.

Ia bahkan menekankan perlunya kelas khusus di sekolah-sekolah vokasi. Termasuk di SMKN 5 Makassar agar siswa bisa dipersiapkan sejak semester pertama.

"Kalau sejak awal dipersiapkan maka tidak akan sulit untuk mendapatkan sertifikasi," kata Cak Imin.

Kekurangan Guru Terampil, Peralatan Usang

Di SMKN 5 Makassar, Cak Imin menerima sejumlah keluhan dari tenaga pendidik.

Salah satu yang paling krusial adalah minimnya guru kerujuan. Bahkan, beberapa jurusan disebut tidak memiliki regenerasi guru karena banyak tenaga pengajar yang sudah pensiun.

"Ini tanda-tanda akhir zaman, artinya tidak ada regenerasi. Malah yang disiapkan (guru) umum. Yang direkrut tidak sesuai kompetensi yang dibutuhkan. Nanti kami koordinasi dengan Bappenas dan BKN agar menjadi prioritas," katanya.

Selain kekurangan guru, peralatan praktik di sekolah juga sudah tidak memadai. Banyak alat yang masih merupakan fasilitas lama sejak sekolah berdiri.

Kepala Sekolah SMKN 5 Makassar, Amar Bachti juga mengakui kondisi tersebut. Ia bilang, guru kejuruan untuk pengelasan misalnya, hanya satu orang saja.

"Semua sudah pensiun, jadi tidak ada regenerasi, sementara tidak ada penerimaan. Kemudian, peralatan yang ada sudah dari sejak tahun 1977, alat dari sekolah berdiri. Belum ada update," ucap Amar.

SMKN 5 Makassar sendiri memiliki 11 jurusan berbasis teknologi dan telah menjalin 89 kerja sama dengan berbagai industri, termasuk brand otomotif seperti Honda.

Namun menurut Amar, kemampuan bahasa asing menjadi hambatan utama bagi siswa yang ingin bekerja di luar negeri.

"Sejauh ini ada 25 siswa kita intervensi bahasa untuk ke Jepang. Saat diklat magang, hanya 16 orang yang mengantongi sertifikasi kompetensi, tapi baru 1 orang yang ada di Jepang. Kami minta perhatian kementerian untuk difasilitasi bahasa," ucapnya.

Lulusan SMK Dominasi Pengangguran di Sulsel

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan masalah pengangguran lulusan SMK juga tampak jelas di Sulawesi Selatan.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel pada Februari 2025 sebesar 4,96 persen, naik 0,06 persen poin dari tahun sebelumnya.

TPT lulusan SMK tercatat sebagai yang paling tinggi dibanding tingkat pendidikan lain, yakni 8,52 persen.

Sementara TPT terendah berasal dari lulusan SD ke bawah dengan 2,25 persen.

Selain itu, distribusi pengangguran di Sulsel masih didominasi lulusan SMA dengan 36,27 persen dari total pengangguran.

BPS mencatat TPT laki-laki mencapai 5,40 persen, jauh lebih tinggi dari perempuan yang berada pada angka 4,26 persen.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini