- Bencana hidrometeorologi, seperti banjir rob, tanah longsor, angin kencang, hingga pohon tumbang
- Kombinasi beberapa fenomena global dan regional yang berpengaruh terhadap peningkatan pembentukan awan hujan
- Gelombang Kelvin merupakan fenomena alam berupa gelombang laut yang sangat panjang dan bergerak cepat
Wilayah dengan kategori Awas meliputi Kabupaten Bantaeng, Barru, Gowa, Maros, Pangkep, Sinjai, dan Takalar.
Sementara itu, wilayah Waspada mencakup hampir seluruh kabupaten lainnya di Sulsel.
Puncak hujan diperkirakan terjadi pada 12-15 November 2025, dengan intensitas hujan sedang hingga sangat lebat di sebagian besar wilayah.
Kabupaten/Kota Barru, Pangkep, Maros, Makassar, Gowa, dan Takalar menjadi daerah dengan potensi hujan tertinggi.
Baca Juga:Mahasiswa Demo Tuntut Evaluasi Serius PSN di Luwu Timur
Selain hujan deras, angin kencang juga berpotensi terjadi di wilayah barat Sulsel yang dapat mengganggu aktivitas masyarakat, terutama transportasi laut dan udara.
BMKG mencatat, tinggi gelombang laut di beberapa perairan Sulsel berpeluang mencapai 1,25-2,5 meter, termasuk di Perairan Pinrang, Barru, Pangkep, Makassar, Jeneponto, Bulukumba, Kepulauan Selayar, dan Takabonerate.
Kondisi atmosfer yang tidak stabil akibat kombinasi fenomena Gelombang Kelvin dan MJO meningkatkan risiko terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.
Daerah-daerah di pesisir, dataran rendah dan sekitar aliran sungai diminta meningkatkan kewaspadaan.
"Pemerintah daerah perlu memastikan sistem drainase berfungsi baik dan masyarakat diimbau tidak beraktivitas di luar ruangan saat hujan lebat disertai petir. Hindari berteduh di bawah pohon atau dekat tiang listrik," tutur Irwan.
Baca Juga:Fatmawati Rusdi Ajak Generasi Muda Menjadi Pahlawan Masa Kini
Selain itu, nelayan dan operator kapal diminta memperhatikan peringatan dini cuaca laut, terutama di perairan barat dan selatan Sulawesi Selatan yang berpotensi mengalami gelombang tinggi.
BMKG menegaskan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi dinamika cuaca ekstrem yang masih akan terjadi hingga beberapa minggu ke depan.
Upaya mitigasi dapat dilakukan dengan memantau informasi cuaca terkini dari kanal resmi BMKG, baik melalui aplikasi InfoBMKG, laman web, maupun media sosial.
"Kami mengimbau masyarakat agar selalu memperbarui informasi cuaca. Cuaca ekstrem masih sangat mungkin terjadi karena faktor-faktor atmosfer global ini berlangsung dinamis," kata Irwan.
Ia juga mengingatkan pemerintah daerah untuk memperkuat koordinasi lintas sektor dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing