Fakta Baru Kapal Ambulans Hilang di Laut: Dibeli Pakai Dana Desa

Kapal ambulans laut yang hilang di perairan Selat Makassar ternyata dibeli menggunakan alokasi dana desa

Muhammad Yunus
Rabu, 22 Oktober 2025 | 12:19 WIB
Fakta Baru Kapal Ambulans Hilang di Laut: Dibeli Pakai Dana Desa
Kapal Ambulans Laut yang dilaporkan hilang kontak di perairan Selat Makassar, Kabupaten Pangkajene Kepulauan [Suara.com/Istimewa]
Baca 10 detik
  • Kapal ambulans hilang pada rute Pulau Tinggalungan menuju Pulau Dewakkang, Kabupaten Pangkajene Kepulauan
  • Kapal ini rencananya akan menjadi sarana kesehatan bagi warga di pulau Dewakkang
  • Meski disebut sebagai ambulans laut, kapal tersebut sejatinya tidak memenuhi standar kapal medis

SuaraSulsel.id - Kapal ambulans laut yang hilang di perairan Selat Makassar ternyata dibeli menggunakan alokasi dana desa atau ADD. Kapal itu sejatinya belum sempat diserahkan ke pemerintah desa, namun hingga saat ini belum diketahui keberadaannya.

Kapal ambulans dengan rute Pulau Tinggalungan menuju Pulau Dewakkang, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) itu berangkat pada Senin, 13 Oktober 2025.

Normalnya, perjalanan laut antara dua pulau itu hanya memakan waktu sekitar delapan jam. Namun hingga esok harinya, kapal tak kunjung tiba.

Setelah dilakukan pelacakan, kapal dinyatakan hilang kontak di perairan Selat Makassar.

Baca Juga:Viral Ambulans Angkut Sepeda Motor, Begini Pengakuan Sopir

Tiga orang di dalamnya, Muhammad Tahir (65), Najamuddin (55), dan Hasri (60) seluruhnya warga Pulau Tinggalungan. Mereka ikut hilang bersama kapal.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Pangkep, Djadjan Andi Abbas membenarkan bahwa kapal tersebut dibeli menggunakan alokasi dana desa (ADD).

"Iya, menggunakan dana desa. (Harganya) sekitar Rp200 jutaan," ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu, 22 Oktober 2025.

Kapal ini rencananya akan menjadi sarana kesehatan bagi warga di pulau Dewakkang. Namun niat baik itu berakhir tragis.

Tidak Sesuai Spesifikasi Medis

Baca Juga:7 Hari Kapal Ambulans Laut Hilang, Pencarian Dihentikan

Meski disebut sebagai ambulans laut, kapal tersebut sejatinya tidak memenuhi standar kapal medis.

Menurut Djadjan, biaya pembuatan kapal dengan spesifikasi medis lengkap terlalu tinggi untuk ukuran desa.

"Kalau sesuai standar medis yang peralatannya lengkap, harganya mahal. Ini sifatnya kapal hanya untuk mengangkut pasien yang akan dirujuk ke pusat layanan kesehatan terdekat," jelasnya.

Sebagai perbandingan, harga ambulans laut produksi PT Ambulans Pintar Indonesia berkisar antara Rp800 juta hingga Rp1,7 miliar per unit. Tergantung ukuran dan kelengkapan alat medisnya.

Bahkan pada tahun 2018, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan pernah membeli ambulans laut seharga Rp1,8 miliar per unit.

Dengan harga Rp200 juta, kapal yang tenggelam itu kemungkinan besar hanya berupa kapal kayu bermesin sederhana tanpa fasilitas medis memadai.

"Iya, paling kapal kayu dan mesin," sebut Djadjan.

Belum Diserahkan Sudah Hilang

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep, Herlina Asdar Muis, menambahkan kapal tersebut bukan milik dinas kesehatan. Ia mengaku kapal dipesan langsung oleh kepala desa.

"Itu bukan kapal milik kesehatan. Kapal itu dipesan oleh pemerintah desa dan sedang dalam perjalanan untuk diserahkan. Tiga orang di dalam kapal merupakan kru pembuat kapal," kata Herlina.

Rencananya, kapal ambulans ini akan digunakan untuk mengangkut pasien yang membutuhkan rujukan ke fasilitas kesehatan di pulau lain.

Selain itu, kapal juga diharapkan membantu menjemput penumpang di tengah laut dari kapal perintis ketika air surut. Sebab kapal besar sering tidak bisa merapat ke dermaga kecil di pulau-pulau Pangkep.

"Karena kalau air laut surut, kapal perintis tidak bisa merapat ke dermaga. Jadi bisa digunakan menjemput penumpang di tengah laut," ucapnya.

Namun, nasib berkata lain. Kapal yang menjadi harapan warga justru hilang sebelum sempat berfungsi.

Setelah tujuh hari pencarian intensif, Badan SAR Nasional (Basarnas) Makassar akhirnya menghentikan operasi pencarian pada Selasa, 21 Oktober 2025.

"Pencarian kapal ambulans yang hilang kontak dengan membawa tiga orang penumpang dinyatakan ditutup," ujar Kepala Kantor Basarnas Kelas A Makassar, Muhammad Arif Anwar.

Selama seminggu penuh, tim SAR gabungan menggunakan KN SAR Kamajaya menelusuri rute yang diprediksi lewat aplikasi SAR Map, menyisir perairan yang diduga dilalui kapal.

Namun, hasilnya nihil. Tak satu pun serpihan kapal ditemukan.

Sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), operasi pencarian dilakukan selama tujuh hari berturut-turut.

Karena tidak ada tanda-tanda keberadaan kapal maupun korban, operasi dinyatakan ditutup.

"Namun jika nantinya ada informasi baru, pencarian akan kami buka kembali," ujar Arif.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini