- Kisruh pembayaran gaji salah satu alasan pelatih PSM mundur
- Manajemen mengakui masih ada tunggakan pembayaran kepada staf dan pemain
- Manajemen tidak mau menjelaskan secara rinci berapa besar tunggakan
SuaraSulsel.id - Manajemen PSM Makassar akhirnya buka suara. Soal polemik keterlambatan gaji pemain dan pelatih yang sempat mencuat ke publik.
Manajer PSM, Muhammad Nur Fajri mengakui masih ada tunggakan pembayaran kepada staf dan pemain.
"Di pemain hanya terlambat satu bulan," ujar Fajri, Jumat, 3 Oktober 2025.
Meski begitu, Fajri tidak menjelaskan secara rinci berapa besar tunggakan tersebut. Termasuk klaim tunggakan gaji lima bulan yang sempat diungkapkan eks pelatih, Bernardo Tavares.
Baca Juga:Lengkap! Ucapan Emosional Perpisahan Pelatih PSM Makassar Bernardo Tavares
Kisruh pembayaran gaji ini disebut menjadi salah satu alasan pelatih asal Portugal itu memutuskan mundur dari kursi pelatih Juku Eja.
Tavares diketahui secara resmi mengumumkan perpisahan dengan PSM Makassar melalui unggahan di media sosial Instagram pada Rabu malam, 1 Oktober 2025.
Lima Bulan Belum Dibayar
Sebelumnya, Tavares mengaku sudah lima bulan belum menerima gaji dari manajemen.
Hingga kini pihak klub belum memberikan tanggapan resmi terkait keabsahan klaim tersebut.
Baca Juga:Bernardo Tavares Pamit! Kisah Cinta dan Sakit Hati di PSM Makassar Berakhir Karena Hal Ini
"Alasannya adalah persoalan pembayaran gaji. Situasi ini saya hadapi sepanjang tiga setengah tahun melatih, tapi kini sudah tidak bisa lagi dipertahankan," tulis Tavares dalam pernyataan terbuka.
Manajemen PSM juga belum memberi keterangan resmi mengenai alasan di balik mundurnya Tavares.
Dalam unggahan panjangnya, Tavares menuliskan rasa terima kasih sekaligus kesedihannya meninggalkan klub yang disebutnya tertua di Indonesia dengan sejarah hampir 110 tahun.
Ia mengaku, musim lalu dirinya sempat diyakinkan oleh manajemen mengenai stabilitas finansial klub untuk musim 2025/2026. Bahkan ia menolak beberapa tawaran dari klub lain demi bertahan di Makassar.
Namun, kondisi sulit tetap dihadapi. Mulai dari larangan FIFA merekrut pemain baru, reputasi buruk soal pembayaran, hingga minimnya fasilitas.
"Meski penuh keterbatasan, kami tetap berhasil membangun tim kompetitif yang kini bernilai tinggi di Transfermarkt," ungkap Tavares.