Perang di Makassar, Korban: Saya Telepon Polsek, Tapi..

Perang warga di Tallo adalah konflik panjang yang terus berulang. Kini dampaknya makin meluas.

Muhammad Yunus
Kamis, 25 September 2025 | 16:01 WIB
Perang di Makassar, Korban: Saya Telepon Polsek, Tapi..
Suasana di lokasi pascabentrokan antar warga berujung kerusuhan pembakaran rumah dan kendaraan di Jalan Kandea III, Kelurahan Bunga Ejaya, Kecamatan Tallo, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (24/9/2025) [Suara.com/ANTARA]
Baca 10 detik
  • Enam kelompok pemuda di wilayah ini saling serang hampir setiap hari
  • Pelaku tawuran turun ke jalan membawa busur, senapan angin, hingga petasan berdaya ledak tinggi
  • Berani menggunakan senapan angin hingga bom molotov

SuaraSulsel.id - Sultan (60), warga di Jalan Kandea III, Kelurahan Bunga Ejaya Baru, Kecamatan Tallo, hanya bisa menyaksikan rumahnya dilalap api.

Rumahnya dilempari bom molotov saat bentrok antar kelompok kembali pecah di Kecamatan Tallo, Kota Makassar, pada Selasa, 23 September 2025.

Perang kali ini memang meninggalkan jejak yang lebih parah. Sedikitnya lima rumah warga rata dengan tanah, satu mobil dan dua motor di lokasi lain ikut dibakar.

Perang warga di Tallo adalah konflik panjang yang terus berulang. Kini dampaknya makin meluas.

Baca Juga:Rumah Dibakar, Emas Raib: Warga Makassar Korban Bentrokan Minta Jaminan Keamanan Ekstra!

Enam kelompok pemuda di wilayah ini saling serang hampir setiap hari. Siang terlihat damai, namun subuh hingga dini hari kembali ricuh.

Yang terlibat berasal dari lorong-lorong yang sudah dikenal warga Makassar. Jalan Tinumbu Lorong 148, Jalan Kandea, Jalan Lembo, dan Jalan Layang.

Mereka turun ke jalan membawa busur, senapan angin, hingga petasan berdaya ledak tinggi.

Sultan mengaku sempat meminta bantuan polisi sebelum kebakaran terjadi.

"Sekitar jam dua siang saya telepon Polsek, tapi tidak ada yang angkat. Masih perang kecil, saya minta tolong supaya dibubarkan, tapi tidak ada yang datang," katanya.

Baca Juga:Warisan Berdarah: 36 Tahun Perang di Makassar Tak Pernah Padam!

Bentrok yang awalnya hanya melibatkan kelompok pemuda dengan senjata rakitan seperti busur dan petasan, semakin membesar setiap harinya.

Mereka kini menjadi-jadi, menggunakan senapan angin hingga bom molotov.

Sekitar pukul 15.00 Wita, rumah Sultan dilempari bom molotov hingga terbakar.

Ia sempat berusaha memadamkan api, namun terpaksa mundur setelah dihujani anak panah.

Bersama istri dan dua anaknya, Sultan kini mengungsi ke rumah keluarga.

"Jelas ada pembiaran," ujarnya lirih.

Perang kelompok antar lorong di Kecamatan Tallo, kota Makassar kembali pecah dan menelan korban [Suara.com/Istimewa]
Perang kelompok antar lorong di Kecamatan Tallo, kota Makassar kembali pecah dan menelan korban [Suara.com/Istimewa]

Harta Ikut Hilang

Tidak hanya Sultan, Salma, warga lainnya, juga kehilangan rumahnya.

Ia menceritakan bagaimana massa membakar kediamannya dan menjarah harta benda yang tertinggal.

"Emas cincin, kalung, gelang, masing-masing lima gram, uang tunai, semua hilang," katanya.

Ia mengaku sudah keluar rumah saat api berkobar, tetapi ketika mencoba masuk kembali untuk menyelamatkan barang berharga, perhiasan dan uang sudah lenyap.

"Bukan terbakar, tapi dijarah," tegasnya.

Beruntung tidak ada korban jiwa dari kejadian ini. Namun bagi warga, traumanya begitu dalam. Mereka sudah jatuh, ditimpah tangga pula.

"Rumah sudah dibakar, harta juga diambil," keluh Salma.

Ketua RT setempat, Nawira, mengungkapkan bahwa tawuran di Kandea III sudah berlangsung hampir sebulan.

Skala kecil kerap muncul malam atau dini hari, meski siang hari warga terlihat damai.

"Kami mau setiap lorong dijaga polisi, supaya tidak ada lagi pembakaran rumah. Cukup kami jadi korban," ujarnya.

Menurutnya, pertemuan dengan aparat dan Tripika sudah beberapa kali dilakukan.

Namun bentrokan tetap pecah, bahkan saat rapat berlangsung.

Dalam insiden terbaru, selain lima rumah, tiga kendaraan hangus terbakar. Empat orang dilaporkan terluka terkena busur.

Bentrokan di Tallo bukan hal baru. Selama bertahun-tahun, kawasan ini dikenal rawan perang kelompok.

Akar masalahnya berlapis. Mulai dari dendam lama sejak 36 tahun lalu antar warga, hingga dugaan keterlibatan pihak luar yang memanfaatkan situasi.

Pemerintah setempat bersama aparat berjanji bakal meningkatkan penjagaan.

Tapi bagi masyarakat yang sudah lama hidup di daerah "Texas" tersebut, janji itu masih menyisakan keraguan.

"Sekarang memang terlihat tenang. Tapi kami tidak tahu kapan akan pecah lagi," kata Nawira.

Polisi Mengaku Serba Salah

Kritik terhadap kepolisian pun bermunculan. Warga menilai aparat lamban merespons meski situasi sudah terlihat memanas sejak siang hari.

Kapolsek Tallo, Kompol Syamsuardi, membantah adanya pembiaran.

Ia mengatakan saat kejadian polisi tengah sibuk menangani bentrok lain di wilayah Lembo dan Layang.

"Jujur kami serba salah. Kalau asal bergerak, busur dari mana-mana. Mau lakukan tindakan tegas seperti (tembakan) gas air mata juga tidak bisa karena padat penduduk," ucapnya saat dikonfirmasi, Kamis, 25 September 2025.

Syamsuardi menyebut mereka juga jadi sasaran warga yang berperang.

Saat hendak mengamankan lokasi, malah petugas yang diserang balik menggunakan busur.

"Jadi, kami tidak bisa gerak karena tertahan di Lembo saat kejadian hari itu. Saat bersamaan perang kelompok pecah antara (jalan) Lembo dan Layang. Nah, disaat bersamaan kami juga sudah mendapat informasi bahwa rumah di jalan Kandea sudah terbakar akibat bom molotov. Jujur kami serba salah," terangnya.

Syamsuardi juga menyebut pihaknya tidak mendapat panggilan telepon sebelum peristiwa besar pecah.

"Tidak ada dari kami yang mendapat telepon. Kami setiap hari di lokasi, tapi wilayah (perang) luas dan sewaktu-waktu bisa pecah lagi," katanya.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini