Ia berharap, sorotannya terhadap isu ini bisa menginspirasi generasi muda, tak hanya di Sulsel, tapi Indonesia juga. Bahwa perempuan tidak harus menunggu kesempatan datang dari luar, tetapi bisa menciptakan peluang dari budaya dan tradisi sendiri.
Dea sadar, banyak yang masih memandang pageant hanya sebagai kontes kecantikan. Namun baginya, panggung ini adalah ruang strategis untuk menyuarakan isu sosial.
Dengan langkahnya di Top 16, Dea membuktikan bahwa perempuan Sulsel bisa tampil percaya diri dengan membawa identitas dan isu yang kuat.
Ke depan, ia berkomitmen terus mendukung tumbuhnya industri kreatif perempuan, baik lewat panggung pageant maupun aktivitas sosial yang sudah lama ia tekuni.
Baca Juga:5 Kerajinan Tangan Khas Sulawesi Selatan Cocok Jadi Souvenir, Dari Boneka Kayu Sampai Kain Kafan
Kontributor : Lorensia Clara Tambing