SuaraSulsel.id - Jalan-jalan ke Sulawesi Selatan tentu tidak lengkap tanpa bawa pulang kenang-kenangan, bukan? Apalagi kota ini dikenal dengan sebagai surganya wisata.
Sulawesi Selatan juga merupakan daerah dengan kerajinan tangan yang kreatif, estetik, dan keunikannya tidak bisa kamu dapatkan di tempat lain.
Semakin menambah nilai plus, biasanya kerajinan tangan khas Sulawesi Selatan ini merupakan handmade atau buatan tangan dari pengrajin lokal di pelosok desa.
Ini artinya, dengan membeli souvenir tersebut, kita juga mendukung produk dalam negeri yang cuma ada di Indonesia.
Baca Juga:Jadi Desa Terbersih di Dunia, Ini Keunikan Desa Penglipuran Bangli
Nah, jika bingung cari cinderamata atau souvenir khas Sulawesi Selatan? Ini daftar rekomendasi souvenir unik, murah dan cantik.
1. Boneka Kayu (Tau-tau)
Publik mungkin mengenal Toraja karena wisata budaya dan alamnya saja. Tapi daerah ini juga terkenal dengan kehebatan seniman pahat dan ukir.
Detail ukiran Toraja bisa dilihat pada tau-tau atau boneka kayu. Seperti diketahui, tau-tau adalah salah satu unsur wajib dalam upacara pemakaman di wilayah tersebut.
Tau-tau menjadi penanda strata sosial di masyarakat Toraja. Dalam bahasa setempat, tau berarti orang. Jadi, tau-tau kurang lebih berarti orang-orangan.
Baca Juga:Keseruan Wisata di Taman Sungai Dumaring, Ada Olahraga Air hingga Camping
Pembuatan tau-tau berfungsi sebagai pengingat akan jasa orang yang sudah meninggal sehingga tidak dilupakan oleh anak cucunya kelak.
Tapi saat ini sudah banyak yang menjual tau-tau versi mini, yang bisa kamu bawa pulang untuk dijadikan souvenir. Harganya dibanderol Rp35 ribu sampai Rp500 ribu, tergantung tingkat kesulitannya.
Kamu bisa mendapatkannya di Desa Ke'te Kesu', Londa atau di pasar tradisional.
2. Bosara Anyam
Bosara adalah tudung saji yang digunakan masyarakat adat Bugis-Makassar pada acara pesta pernikahan, syukuran, maupun acara seremonial lainnya. Selain sebagai alat penutup makanan dari lalat dan debu, anyaman bosara juga menjadi aksesori meja makan.
Konon, alat ini dulunya hanya digunakan oleh bangsawan Bone. Seiring berjalannya waktu, kerajinan tangan itu kini digunakan semua kalangan bahkan dijadikan souvenir hingga dipesan dari luar negeri.