Sebelumnya, beberapa kantor OPD seperti Dinas Perdagangan dan Dinas Perhubungan disebut siap dipakai jika diperlukan. Namun anggota DPRD sepakat menggunakan kawasan di jalan AP Pettarani sebagai kantor sementara.
Seperti diketahui, Pemprov Sulsel telah mengusulkan anggaran sebesar Rp233 miliar ke Kementerian PUPR untuk pembangunan ulang gedung DPRD provinsi.
Sambil menunggu keputusan pusat, kegiatan rapat paripurna maupun pembahasan anggaran akan terus digelar di "gedung darurat" ini.
"Meskipun saat ini dihadapkan pada kondisi yang tidak biasanya, namun fungsi DPRD harus tetap berjalan dan satu kesatuan dengan Pemprov Sulsel," tutur legislator partai NasDem itu.
Baca Juga:Kerusakan Gedung DPRD Sulsel Ditanggung Asuransi
Rapat paripurna itu sendiri membahas pengajuan nota keuangan tentang perubahan APBD 2025. Dari total 84 anggota DPRD Sulsel, sebanyak 64 orang hadir, sementara 20 lainnya absen.
Di sela rapat, Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman menyampaikan permintaan maaf berulang kali.
Ia menegaskan bahwa sebagai kepala eksekutif, ia turut bertanggung jawab atas tragedi pembakaran gedung DPRD.
"Kami mohon maaf. Sebagai eksekutif, sebagai pihak yang paling bertanggung jawab. Tanpa alasan apapun, kami mohon maaf," kata Andi Sudirman.
Menurutnya, kerusuhan yang pecah malam itu merupakan peristiwa di luar kendali aparat. Ia mengaku bersama jajarannya sudah berupaya maksimal, namun massa sulit dikendalikan.
"Ini adalah suatu kejadian di luar kontrol daripada biasanya. Saya dan aparat sudah maksimal, tapi massa tidak bisa dikendalikan karena kondisinya sudah tidak seperti penyampaian aspirasi biasanya," ucapnya.
Baca Juga:DPRD Sulsel Pindah Kantor, Anggaran Ratusan Miliar Disiapkan!
Gubernur juga menceritakan dirinya sempat dilempari batu saat menemui massa.
"Saat saya temui mereka di lapangan, mereka baik. Pas balik arah, saya dilempari. Bahkan Pak Kasdam yang ada di samping saya juga punggungnya kena lemparan batu," ungkapnya.
Lebih lanjut, Andi Sudirman menilai sebagian besar pelaku kerusuhan adalah anak-anak di bawah umur yang terprovokasi melalui media sosial.
"Pas saya masuk dari sumber pelemparan itu, anak-anak yang masih di bawah umur. Mereka juga terprovokasi dari media sosial seperti TikTok," tambahnya.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing