"Sahabat Kecil.. Sudah Tidak Ada": Kisah Sultan, Bocah yang Lagunya Bikin Banjir Air Mata di Toraja

Kenangan masa kecil mereka penuh warna. Dari bermain rumah-rumahan, sampai makan bekal bersama seolah-olah mereka keluarga kecil yang tinggal di rumah buatan

Muhammad Yunus
Selasa, 03 Juni 2025 | 16:55 WIB
"Sahabat Kecil.. Sudah Tidak Ada": Kisah Sultan, Bocah yang Lagunya Bikin Banjir Air Mata di Toraja
Sultan, bocah yang viral di media sosial karena menyanyikan lagu untuk sahabatnya yang meninggal karena sakit [SuaraSulsel.id/Istimewa]
Sultan, bocah yang viral di media sosial karena menyanyikan lagu untuk sahabatnya yang meninggal karena sakit [SuaraSulsel.id/Istimewa]
Sultan, bocah yang viral di media sosial karena menyanyikan lagu untuk sahabatnya yang meninggal karena sakit [SuaraSulsel.id/Istimewa]

Pada hari pemakaman, Sultan memilih menyampaikan perpisahannya lewat lagu.

Ia berdiri di depan banyak pelayat. Menggenggam mikrofon dengan tangan yang gemetar.

Ia memilih menyanyikan "Sahabat Kecil", lagu yang menurutnya paling cocok menggambarkan kehilangan yang ia rasakan.

"Saya sempat nonton lagu itu di YouTube. Liriknya pas sekali. Yang saya pikirkan waktu nyanyi itu, teman saya benar-benar sudah tidak ada," bebernya.

Baca Juga:Dramatis! Detik-Detik Helikopter Mendarat Darurat di Enrekang, Pilot Banjir Pujian

Dalam video yang beredar, banyak pelayat yang tak kuasa menahan air mata ketika melihat Sultan bernyanyi dengan penuh perasaan. Ia menyentuh hati semua orang yang hadir.

Sultan menahan tangis. Suaranya bergetar, tapi ia teruskan.

Di sela lirik yang mengalir, Sultan membayangkan wajah sahabat kecilnya tersenyum. Kenangan mereka satu-satu muncul dalam benak.

"Saya sempat terisak pas membawakan lagu itu. Tapi saya selesaikan dengan baik. Kata orang, suara saya bagus. Mereka semua menangis."

Namun, Sultan tak bisa menahan air mata saat melihat foto Hutri terpasang di karangan bunga. Ia juga melihat ibu sahabatnya itu menangis di samping peti.

Baca Juga:Sosok Jusuf Manggabarani: Jenderal Berani Melawan Preman, Tolak Pangkat, dan Selamatkan TVRI

Hatinya remuk, tapi ia memilih untuk kuat.

"Tempat terakhir kalinya petinya didoakan itu halaman tempat kami biasa bermain dulu," kenangnya lagi.

Kini, halaman itu sunyi. Tidak akan ada lagi tawa dua anak kecil yang bermain rumah-rumahan.

Tidak akan ada lagi kaki kecil berlari bersama saat pulang sekolah.

Bagi Sultan, kepergian Hutri menyisakan kekosongan besar. Tapi, mau bagaimana. Tuhan sudah berkehendak lain. Bocah itu memilih untuk tegar.

Ia percaya sahabatnya mendengar nyanyiannya, tersenyum dari tempat yang lebih tenang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini