Detik-Detik Terakhir Pong Tiku, Pahlawan Toraja yang Gugur di Tepi Sungai Sa'dan

Usianya sudah 75 tahun. Tubuhnya masih sehat dan terlihat cantik.

Muhammad Yunus
Kamis, 15 Agustus 2024 | 16:15 WIB
Detik-Detik Terakhir Pong Tiku, Pahlawan Toraja yang Gugur di Tepi Sungai Sa'dan
Ruth Matasak, cucu dari pahlawan nasional, Pong Tiku [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]

Pong Tiku lalu memutuskan untuk bersembunyi di hutan. Namun, pada 30 Juni 1907, Tiku dan dua anak buahnya ditangkap oleh pasukan Belanda.

Pada 10 Juli 1907, Tiku dieksekusi oleh tentara Belanda di dekat Sungai Sa'dan. Ia ditembak mati saat sedang mandi.

Setelah terbunuh dan pengikut Pong Tiku diberantas, Belanda akhirnya bisa menguasai kopi Toraja.

Ruth mengatakan Pong Tiku sebenarnya punya nama asli Matasak. Nama itu adalah pemberian ayahnya.

Baca Juga:Usia 24 Tahun, Monginsidi Dihujani Delapan Peluru di Makassar

Namun, oleh pasukannya dipanggil Pong Tiku. Artinya bapak pengayom dan pemberani. Itu juga yang jadi kebangaan Ruth, kata Matasak di belakang namanya untuk mengenang kakeknya.

Sejak kematiannya, Pong Tiku menjadi simbol perlawanan Toraja. Untuk menghargai jasanya, ia resmi dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2002.

Pong Tiku juga jadi nama Bandara di Toraja. Selain itu, pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia, di Sulawesi Selatan terdapat nama Batalyon Pong Tiku yang pro Republik, berisikan pemuda Toraja yang dipimpin oleh bekas serdadu KNIL bernama Samuel Tambing.

Kata Ruth, selain cerita heroik, keluarga masih mengenang Pong Tiku lewat sebuah keris pusaka yang dulu digunakan untuk melawan Belanda. Keris itu kini tersimpan rapi di Bandung, Jawa Barat.

"Kami masih menyimpan dengan baik keris miliknya yang dikasih nama Pasang Timbo. Ada di rumah saudara saya di Bandung, itu disimpan di septi box karena dianggap sakral," tuturnya.

Baca Juga:Dari Toraja hingga Kendari, 13 Tim Adu Robot Canggih di UHO

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini