Kisah Fitri Ramadani Cegah Pernikahan Anak dari Pulau Sabutung Pangkep

Dia bergabung ke dalam organisasi masyarakat sipil sejak tahun 2018 ketika usianya baru menyentuh 19 tahun

Muhammad Yunus
Minggu, 21 April 2024 | 10:26 WIB
Kisah Fitri Ramadani Cegah Pernikahan Anak dari Pulau Sabutung Pangkep
Ketua Sekolah Perempuan Muda Fitri Ramadani memperlihatkan miniatur kapal pinisi dan diska lepas (flashdisk) kayu hasil karya ibu-ibu Pulau Sabutung dalam pameran Musyawarah Nasional Perempuan di Balai Budaya Giri Nata Mandala yang terletak di Kabupaten Badung, Bali, Jumat (19/4/2024) [SuaraSulsel.id/ANTARA]

SuaraSulsel.id - Di meja kecil setinggi pinggang yang terbalut kain hitam, Fitri Ramadani, menata miniatur kapal-kapal pinisi berbahan kayu yang sewarna bendera Indonesia merah-putih.

Perempuan 25 tahun itu menyodorkan miniatur pinisi itu kepada setiap pengunjung lewat di depan gerainya menghadiri pameran Musyawarah Nasional Ke-2 Perempuan di Balai Budaya Giri Nata Mandala yang berlokasi di Kabupaten Badung, Bali, pada 19 April 2024.

"Ini karya ibu-ibu di Pulau Sabutung dampingan Sekolah Perempuan Muda," kata Fitri.

Fitri adalah Ketua Sekolah Perempuan Muda. Dia bergabung ke dalam organisasi masyarakat sipil itu sejak tahun 2018 ketika usianya baru menyentuh 19 tahun.

Sekolah Perempuan Muda bergerak di bidang sosial dan pendidikan dengan misi utama menghentikan pernikahan anak usia dini di Pulau Sabutung, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan.

Sewindu sebelum organisasi itu terbentuk, kasus pernikahan anak usia dini sangat marak di Pulau Sabutung dengan jumlah bisa mencapai lima pernikahan anak usia dini per tahun. Faktor ekonomi dan budaya menjadi alasan utama orang tua menikahkan anak mereka walau usia anak masih tergolong belia.

Berangkat dari permasalahan itulah, Fitri dan 15 anak muda lainnya lantas melakukan edukasi dan melawan praktik pernikahan anak usia dini di bawah bendera organisasi Sekolah Perempuan Muda.

Mereka memberdayakan para ibu dan perempuan muda untuk belajar baca, tulis, dan berbicara di hadapan umum.

Kampanye melalui radio

Sebuah radio komunitas perempuan Sipurennu FM yang dalam bahasa Bugis artinya senang bersama, menjadi sarana edukasi dan kampanye bagi organisasi Sekolah Perempuan Muda dalam meningkatkan wawasan para ibu dan anak-anak muda di Pulau Sabutung.

Radio itu dibangun saat masa pandemi COVID-19 pada tahun 2020 yang digunakan untuk anak-anak sekolah dalam melakukan pembelajaran jarak jauh.

Baca Juga:Anak Laporkan Ayah, Terungkap Kasus Pembunuhan Ibu yang Dicor di Dalam Rumah

Radio Sipurennu FM membantu anak-anak yang tidak bisa masuk sekolah akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat untuk menekan penyebaran virus Corona.

Ketika ada informasi mengenai kekerasan, mereka juga menyiarkan berita itu melalui radio. Siaran berlangsung dari pukul 08.00, rehat pukul 12.00 siang, lalu berlanjut lagi sampai pukul 16.00.

Tak hanya pelajaran sekolah, radio itu juga menyiarkan dongeng anak, telewicara untuk perempuan, hingga promosi aneka produk UMKM karya ibu-ibu.

Radio yang dibangun atas kerja sama Institut Lingkaran Pendidikan Alternatif (Kapal) Perempuan itu bisa menjangkau hingga jarak 2 kilometer ke pulau seberang yang masih susah sinyal.

Penduduk pulau dan para nelayan yang sedang berlayar mencari ikan bisa mendapatkan informasi dari radio Sipurennu FM tersebut.

Baca Juga:Kepala Desa di Pangkep Jadi Korban Pengeroyokan Usai Tegur Rombongan Konvoi

Lokasi studio berada di kantor kecamatan. Ketika hujan deras mengguyur, mereka menghentikan siaran karena suara berisik hujan menembus ke dalam radio dan mengganggu para pendengar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini