Masjid itu juga dilengkapi 16 jendela, sehingga ketika berada di dalamnya, jendela-jendela ini seperti lukisan dinding karena membingkai pemandangan permukiman Suku Bajo yang berada di tengah laut.
Di depan masjid yang telah berdinding beton ini terdapat jembatan kayu yang memanjang sekitar 30 meter menuju permukiman dan terdapat tiang untuk tempat menambatkan sampan milik warga.
Bagi masyarakat Suku Bajo, sampan dan jembatan kayu menjadi satu-satunya sarana penghubung antarrumah dan ke masjid di permukiman terapung tersebut.
Untuk aktivitas sehari-hari, mereka biasanya menggunakan sampan atau berjalan kaki melewati jembatan kayu, dan katinting atau perahu bermesin yang digunakan ketika melaut atau menuju ke daratan untuk menjual hasil tangkapan serta berbelanja kebutuhan rumah tangga.
Baca Juga:Detik-detik Pria Meninggal Saat Baca Al Qur'an di Masjid Kampus UNM, Netizen Cemburu
Bagi mereka, jembatan kayu dengan lebar sekitar 1.5 meter tersebut mempunyai fungsi seperti jalan raya bagi masyarakat yang ada di daratan, sementara sampan dan perahu katinting menjadi transportasi utama layaknya motor atau mobil di perkotaan.
Meskipun demikian, tidak semua fasilitas di darat bisa ditemui di Kampung Bajo itu, salah satunya fasilitas penerangan. Saat ini cuma masjid itu yang memiliki lampu dan mendapat aliran listrik dari darat, sementara rumah-rumah warga masih menggunakan pelita.
"Kabel listriknya dari darat, dibuatkan tiang kayu sebagai penyangga kabel, jaraknya mungkin lebih 1 kilometer, saat ini masih masjid dan ke depan semoga rumah warga juga sudah punya listrik," kata Rafiudin, sembari memperlihatkan deretan kayu yang tertancap di laut.
Selain listrik, kebutuhan pendidikan dan kesehatan juga menjadi prioritas kebutuhan warga di kampung terapung itu, karena sebagian besar mereka tidak sekolah.
"Semua anak-anak di sini buta huruf, ada sekolah, tapi tidak ada gurunya, ada posyandu yang tenaga kesehatan setiap bulan datang, saat ini anak-anak Bajo mulai rajin mengaji di masjid," katanya.
Terlepas dari semua kekurangan itu, dia berharap ke depan Kampung Bajo ini bisa berkembang baik dan menjadi salah satu destinasi wisata kampung terapung di Buton Tengah.
Baca Juga:Terciduk! Pria Bercadar Salat di Tempat Wanita, Begini Endingnya
"Di sini sangat menyenangkan, ngabuburit sambil menyaksikan matahari terbenam," kata Rafiudin, sambil menunjuk ke arah barat.