“Kami juga memproyeksikan, ke depan bisnis akan berkembang ke arah friend shore. Sesama negara berkembang akan memilih berbisnis dengan sesamanya yang berkembang. Hal ini disebabkan oleh sentiman pasar dunia yang berubah akibat kegagalan investasi negara maju seperti bisnis start up. Hampir seluruh usaha mereka gagal eksis.”
“Peluang ini harus disambut baik. Dan, kesadaran tentang ini harus dibangun karena tidak ada dampak pada masyarakat luas kalau tidak ada inovasi dalam bentuk kerjasama ekonomi seperti ini,” jelasnya.
“Dengan berbagai faktor tadi, kami melihat nilai tawar ikan dari wilayah Indonesia Timur saat ini cukup tinggi. Karena kami di BARA IKAN menggagas ekosistem usaha perikanan dari level pengusaha hingga tingkat nelayan.”
Memulai gerakannya, saat ini BARA Ikan fokus pada dua perusaahan yang mereka kelola untuk mensuplai ekspor ikan ke 5 negara. Ekosistem dalam usaha ini, termasuk sistem keuangannya diatur sampai pada tingkat nelayan.
Baca Juga:Bantuan Benih Ikan, Harapan Baru bagi Nelayan Danau Tempe
Menurut Rusdi, sistem ini dengan sendirinya akan membentuk cara pandang nelayan dalam pengelolaan keuangan mereka.
“Untuk program permberdayaan dan sistem keuangan dalam ekosistem perdagangan ikan ke nelayan akan luncurkan pada beberapa bulan ke depan. Kami menjadikan Sulsel sebagai proyek percontohan yang akan direplikasi ke daerah-daerah lainnya di wilayah Indonesia Timur,” ungkapnya.