SYL Mundur, Falsafah Bugisnya Kembali Disinggung : Ada Saatnya Kau Dipermalukan

Di buku itu Syahrul menyinggung soal prinsip hidupnya sebagai pria berdarah Bugis Makassar.

Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 06 Oktober 2023 | 12:12 WIB
SYL Mundur, Falsafah Bugisnya Kembali Disinggung : Ada Saatnya Kau Dipermalukan
Syahrul Yasin Limpo (instagram/syasinlimpo)

SuaraSulsel.id - Syahrul Yasin Limpo mengajukan diri mundur dari jabatannya sebagai Menteri Pertanian RI. SYL, akronimnya mengaku mundur agar bisa fokus menjalani proses hukum yang sedang dihadapinya.

SYL telah menyerahkan surat pengunduran dirinya sebagai Menteri Pertanian kepada Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno, Kamis, 5 Oktober 2023. Mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu mengaku harga dirinya sebagai orang Bugis-Makassar lebih tinggi daripada pangkat dan jabatan. 

Falsafah suku Bugis-Makassar tersebut memang sering digaungkan Syahrul Yasin Limpo. Bahkan ada yang ditulis lewat buku berjudul The SYL Way.

Di buku itu Syahrul menyinggung soal prinsip hidupnya sebagai pria berdarah Bugis Makassar.

Baca Juga:Syahrul Yasin Limpo Dan Dua Keluarganya di Pusaran Korupsi

"Adat kita mengajari, selami sipakatau, sipakallabbi. Karena kalau keluar dari ajaran itu, tunggu saja. Alam marah," tulisnya.

Ia kemudian menghubungkan falasafah tersebut dengan jabatan yang ia emban. Menurutnya, konsekuensinya berat, bahkan pertanggungjawabannya antara surga atau neraka. 

"Saya coba bawa secara lokal. Pertanyaan saya,"Nia'ji Badiknu (kau punya badik)?. Kalau ada kata ini di dalam dirimu, kau Bugis-Makassar. Nilai leluhur yang secara prinsip melambangkan kebersamaan, persatuan. Juga, kebenaran," lanjutnya.

Di buku itu ia menegaskan orang Bugis-Makassar harus saling peduli. Tolong menolong dan tidak saling khianat, apalagi saling membohongi.

"Nu Eranggi badiknu!. Kalau bawa itu, kau berani. Kau akan merasa berkuasa, tapi ingat ada pesan adat Bugis-Makassar. Jangan ko lewa' berani (sok jago), menuju sombong. Apalagi sok kuasa," terangnya.

Terlebih lagi jika kau melewati nilai-nilai agama. Ada sopan santun, contoh kecilnya seperti adat kita yang mengajari sipakatau, sipakalebbi.

"Dan ada saatnya kau dipermalukan. Bahkan, di depan banyak orang. Nauzubillah minzalik," tutupnya.

Bagi orang Bugis Makassar, harga diri yang dimaksud Syahrul adalah Siri' na Pacce. Falsafah Siri' dan Pacce ini selalu dipegang teguh orang Bugis dan Makassar dalam menjalani kehidupan.

Dijelaskan dalam Jurnal Antropologi: Isu-isu Sosial Budaya Universitas Andalas yang berjudul "Budaya Siri' Na Pacce dan Sipakatau dalam Interaksi Sosial Masyarakat Sulawesi Selatan", bagi orang Bugis dan Makassar terdapat ungkapan yang berbunyi "punna tena siri'nu, paccenu seng pakania".

"Artinya kalau tidak ada siri'-na, pacce-lah yang kau pegang teguh".

Ungkapan ini menggambarkan bahwa antara siri' dan pacce tidak boleh terpisahkan. Harus merupakan satu kesatuan.

Bagi orang berdarah suku Bugis-Makassar, jika siri dan pacce sebagai pandangan hidup tidak dimiliki oleh seseorang, maka orang tersebut dianggap binatang atau tidak berarti.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini