Suku Toraja Punya Gender Ketiga, Bukan Laki-laki atau Perempuan

Suku Toraja adalah penduduk asli yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan

Muhammad Yunus
Rabu, 30 Agustus 2023 | 16:01 WIB
Suku Toraja Punya Gender Ketiga, Bukan Laki-laki atau Perempuan
Ilustrasi Tana Toraja. (PegiPegi)

SuaraSulsel.id - Suku Toraja adalah penduduk asli yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan. Secara Geografis, mereka menyebar di Kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara dan sebagian wilayah Mamasa.

Dalam tradisi masyarakat Toraja, mereka masih menganut kepercayaan leluhur yakni Aluk Todolo. Hal tersebut bisa dilihat pada upacara adat Rambu Solo (upacara kematian).

Keyakinan terhadap Aluk Todolo juga mempengaruhi gender bagi masyarakat Toraja. Mereka tak hanya mengenal pria dan wanita saja, tapi ada gender ketiga.

Gender itu disebut To Burake. "To" artinya orang dan Burake adalah sebutan orang Toraja bagi kelompok gender ketiga di Toraja. Ia bisa berjenis kelamin pria yang berpakaian dan bertingkah seperti perempuan, atau sebaliknya.

Baca Juga:Gender Reveal Party Sisca Kohl Prediksi Bakal Lahirkan Anak Perempuan: Asupan Nutrisinya Beda?

To burake Tattiu' adalah mereka yang berjenis kelamin lelaki berbaju perempuan Toraja dan To Burake Tambolang atau berjenis kelamin perempuan berbaju lelaki Toraja.

Penyebutan To Burake tidak boleh asal sembarang. Sebab, mereka punya peranan penting bagi penganut kepercayaan Aluk Todolo.

Tugasnya pun tidak mudah. Mereka yang dianggap To Burake harus paham tentang adat atau aluk, dan kehidupan di dunia dan para Dewa.

To Burake dianggap sebagai pemimpin atau orang yang begitu dihormati di sebuah kampung. Layaknya pendeta, mereka punya peran strategis dalam menentukan ritual keagamaan.

To Burake akan memimpin ritual doa (Ma'pesung), seperti saat menempati rumah adat Tongkonan baru atau saat panen raya. Termasuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan Ma'pesung.

Baca Juga:Mantan Ketua KPU Kabupaten Tana Toraja Risal Randa Jadi Anggota Bawaslu Kota Depok

Dalam memimpin Ma'pesung, To Burake akan melantunkan bait-bait mantra di depan sesaji. Isi sesajennya ada ayam rebus, kalesong (ketan yang dibungkus daun dan direbus) dan tuak.

Konon masyarakat percaya, rumah atau sawah yang didoakan oleh To Burake akan diberi keberkahan. Sebab penganut kepercayaan Aluk Todolo yakin To Burake sudah bertemu dengan dewa sang pencipta.

To Burake ini dipercaya sebagai penghubung antar manusia dan Puang Matua atau dewa sang Pencipta. Itulah kenapa To Burake sangat disegani oleh penganut Aluk Todolo.

Namun, seiring berjalannya waktu, peran To Burake bisa dikata sudah punah. Walaupun jika berkunjung ke Toraja, kita akan berpapasan dengan ada banyak transgender.

Keberadaan mereka terkikis sejak masuknya agama kristen ke Toraja. Kehadiran agama monoteisme telah membawa banyak pengaruh sehingga terjadi pergeseran budaya dan peradaban modern bagi masyarakat Toraja.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini