Lalu ada media dengan berbasis berlangganan di mana hal ini menurut Suwarono, cukup berat.
Ada juga bisnis media sebagai display. “Membuat media sebagai tempat display sebagai outlet sementara bisnisnya di tempat lain. Saya kebayang 2024, media sebagai outlet dipakai calon-calon,” ujarnya.
Keempat media dikelola berbasis donor yang memiliki konten niche.
“Kelima adalah menggabungkan banyak model. Dia menggunakan ekosistem digital baik untuk distribusi bagi digital, agensi, PH. Lima model ini mnearik tapi butuh model baru lagi supaya tidak stagnan,” ujar Suwarojono.
Baca Juga:Local Media Summit 2022, Strategi Media Lokal Menghadapi Tantangan Masa Depan
Bicara soal desentralisasi media menurut Suwarjono, keberlangsungannya yang jadi bahasan penting.
“10 tahun lalu model online yang dibuat berbasis artikel, 10 tahun terakhir sudah banyak gambar, belakangan video di Youtube. Dua tahun terakhir terjadi disrupsi lagi itu adalah di platform video pendek dan vertical video. Ini membuat semua pengelola media mengubah template dari media panjang ke short video dan mengubah ke vertical video,” ujarnya.
Karena itu semua tantangan yang dihadapi media lokal ini akan dibahas tuntas di acara LMS 2022.
Suara.com bekerja sama dengan International Media Support (IMS) menggelar pertemuan akbar media lokal se-Indonesia bertajuk Local Media Summit (LMS) 2022.
Acara dihadiri kurang lebih 300 media lokal dari Aceh sampai Papua ini, berlangsung selama dua hari dari 27-28 Oktober 2022 di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta.
Baca Juga:MGID Siap Latih Media Lokal Punya Bisnis yang Sehat dan Berkelanjutan