Proporsi penduduk yang mempunyai antibodi SARS-COV-2 per Desember 2021 mencapai 87,8 persen, dan Juli 2022 meningkat jadi 98,5 persen.
"Tapi bukan berarti mereka yang telah divaksin tidak bisa terinfeksi COVID-19, tetapi mengurangi keparahan dan risiko meninggal karena COVID-19," katanya.
Berdasarkan hasil analisa terhadap 1.792.360 kasus COVID-19 di Indonesia per 1 Januari -hingga 30 Juni 2022, kata Iwan, menunjukkan 2,8 persen orang yang belum pernah mendapatkan vaksin COVID-19 berisiko meninggal 28 kali lebih besar dibandingkan orang yang sudah mendapatkan vaksin booster.
Sebanyak 1,5 persen orang yang mendapatkan sekali suntikan vaksin COVID-19 berisiko meninggal 15 kali lebih besar dibandingkan orang yang sudah mendapatkan vaksin booster COVID-19.
Baca Juga:Pemerintah Tak Ingin Tergesa-gesa Sampaikan Indonesia Bebas Pandemi Covid-19
Sebanyak 0,6 persen Orang yang mendapatkan vaksin COVID-19 dosis lengkap, berisiko meninggal enam kali lebih besar dibandingkan orang yang sudah mendapatkan vaksin booster COVID-19.
"0,1 persen risiko meninggal terendah pada orang yang sudah mendapatkan vaksin booster," katanya.
Menurut Iwan vaksinasi, terutama booster sangat mengurangi risiko meninggal pada orang yang terinfeksi COVID-19.
"Perlu akselerasi cakupan vaksinasi, terutama booster," katanya.
Iwan menambahkan Indonesia siap meninggalkan fase gawat darurat pandemi COVID-19 dengan upaya menjaga tingkat kekebalan penduduk tetap tinggi.
Baca Juga:Selama Pandemi Covid-19, Wamenkeu Pastikan Indonesia Tak Alami Guncangan Sistem Keuangan
"Mengurangi risiko infeksi dengan prokes dan penggunaan aplikasi PeduliLindungi di ruang publik serta meningkatkan kualitas surveilans COVID-19," ujarnya. (Antara)