Ketua Umum IDI: 752 Dokter Meninggal Akibat Covid-19 Dipicu Faktor Usia, Komorbid, dan Pajanan

Adib Khumaidi mengungkap penyebab umum ratusan dokter yang gugur akibat COVID-19

Muhammad Yunus
Senin, 01 Agustus 2022 | 15:52 WIB
Ketua Umum IDI: 752 Dokter Meninggal Akibat Covid-19 Dipicu Faktor Usia, Komorbid, dan Pajanan
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Adib Khumaidi saat melakukan sesi wawancara ekslusif dengan tim Suara.com di Kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Senin (25/4/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraSulsel.id - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) Adib Khumaidi mengungkap penyebab umum ratusan tenaga kesehatan dokter yang gugur akibat COVID-19.

Dipicu faktor usia hingga pajanan atau tingkat paparan virus yang tinggi. Selama melayani pasien di fasilitas kerja.

"Ada faktor komorbid, ada faktor usia, dan faktor seringnya mereka terpapar virus. Karena pajanan atau frekuensi terpaparnya lebih banyak," kata Adib Khumaidi saat menghadiri acara Deklarasi Observasi Kesehatan Indonesia (Indonesian Health Observer/IHO) di Gedung Stovia, Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat, Senin 1 Agustus 2022.

Adib mengatakan hingga Maret 2022 jumlah dokter yang gugur akibat COVID-19 berjumlah 752 orang yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Baca Juga:Kasus Aktif Covid-19 Capai 23 Ribu, Keterisian Ranjang RS di DKI Jakarta Hanya 22 Persen

Jumlah tersebut belum termasuk dokter yang dilaporkan wafat dalam kurun beberapa bulan terakhir.

"Dalam satu bulan terakhir ini ada juga tenaga dokter yang meninggal," katanya.

Menurut Adib penularan SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di kalangan dokter merupakan bagian risiko profesi dalam pelayanan terhadap pasien.

Di samping itu, pada awal pandemi COVID-19 vaksinasi belum menjangkau hingga 90 persen jumlah nakes seperti sekarang. Sehingga mereka yang belum terlindungi vaksin memiliki risiko kematian yang lebih besar.

"Ada juga yang belum optimal yang mendapatkan vaksin pada saat itu. Tapi sampai terakhir di Agustus 2021, kami bisa katakan lebih dari 90 persen tenaga kesehatan sudah vaksin dosis 1 dan 2. Jumlah dokter penerima vaksin booster pertama memang belum sampai 90 persen," katanya.

Baca Juga:Dana Bergulir dari LPDB Buat KSP Berkat Bulukumba Bangkit dari Pandemi

Adib mengatakan pencapaian dosis booster yang belum menyeluruh di kalangan dokter salah satunya dipicu anggapan bahwa mereka yang telah terinfeksi COVID-19 memiliki imunitas alami yang bisa memberikan perlindungan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini