Namun, pada pemanfaatannya perlu diingat bahwa minyak kayu manis murni dapat menimbulkan risiko, beberapa di antaranya adalah iritasi kulit ketika dicampur secara langsung dengan air mandi dan membakar selaput lendir serta kerongkongan untuk penggunaan oral.
Oleh sebab itu, perlu peran aktif para apoteker dalam mengeksplorasi bahan bioaktif untuk semakin ditingkatkan guna mengetahui potensi dan dampaknya terhadap kesehatan.
“Di sinilah peran apoteker untuk terus mengeksplorasi beragam senyawa bioaktif yang bisa ditemukan di alam. Memilah potensi risiko untuk mengeliminasi dampak dan cara pemanfaatan yang tepat sehingga bisa mendapatkan manfaat sepenuhnya,” kata Diana.
Dewan Pakar IAI dan Cancer Chemoprevention Research Center Universitas Gadjah Mada, Profesor Edy Meiyanto mengatakan, tantangan yang dihadapi apoteker sekarang ini adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan produk.
Baca Juga:Blak-blakan Video Wasit Thoriq Alkantiri Akui Sepak Bola Indonesia Butuh VAR, Ini Penjelasannya
Kedua hal tersebut perlu ditingkatkan secara berkelanjutan oleh para apoteker. Sebab, kesehatan preventif menjadi tren ke depannya oleh para pemerhati kesehatan.
“Kalau tidak mengembangkan secara intensif dan masif, maka kita akan menjadi konsumen terus-menerus. Kita harus berpikir mengenai riset dan pengembangan produknya karena produk preventif sangat dibutuhkan sekali untuk penyakit tidak menular dan penyakit menular,” tuturnya. (Antara)