Pembatasan COVID-19 kemungkinan menjadi penyebab kurangnya respons dari Korut, kata seorang pejabat senior AS.
Korut sebelumnya mengatakan tawaran AS tidak tulus karena Washington mempertahankan "kebijakan bermusuhan" seperti latihan militer dan sanksi.
Saat ditanya apakah Biden ingin mengambil konkret untuk memecah kebuntuan, pejabat itu mengatakan pemerintahannya mengharapkan keterlibatan serius, bukan sekadar isyarat.
"Keputusan ini hanya bisa dibuat oleh DPRK," kata sang pejabat merujuk pada akronim nama resmi Korut.
Baca Juga:Pabrik Mobil Listrik Hyundai-Kia di Georgia Siap Perkuat Posisi Brand untuk Sektor Amerika
Fokus Biden dalam kunjungannya ke Asia adalah menggalang negara-negara demokrasi "sehaluan" untuk lebih bekerja sama dalam upaya menghadapi pengaruh China dan menekan Rusia atas perangnya di Ukraina.
Biden juga dijadwalkan untuk bertemu dengan para pemimpin dari Jepang, India, dan Australia, tiga negara lain dalam Quad, kelompok yang dibentuk untuk meredam pengaruh China yang terus meluas di kawasan.
Yoon telah menunjukkan minat untuk bekerja lebih erat dengan Quad, tetapi pejabat AS itu mengatakan tidak ada pertimbangan untuk menyertakan Seoul ke dalam kelompok itu.
"Adalah wajar… untuk memikirkan cara-cara agar Anda bisa bekerja sama dengan (negara) demokrasi lain yang sehaluan, tetapi saya pikir penting juga untuk menyadari bahwa tujuan saat ini adalah mengembangkan dan membangun apa yang telah ditetapkan," kata pejabat itu.
Sebelum bertolak ke Jepang, Biden akan bertemu dengan pemimpin Hyundai Motor Group, yang pada Minggu mengatakan akan berinvestasi 5 miliar dolar AS (Rp73,36 triliun) di Amerika Serikat hingga 2025.
Baca Juga:Biden dan Yoon Bertemu di Tengah Kekhawatiran tentang Korut
Investasi itu akan direalisasikan lewat kerja sama dengan sejumlah perusahaan AS dalam beragam teknologi, seperti robotik, mobilitas udara di perkotaan, kemudi otonom dan kecerdasan buatan. (Antara)