“Sampai saat ini masih ada hal-hal seperti itu namun sudah tidak terlihat keberadaannya,” ujarnya.
Setelah melakukan hal tersebut mereka kemudian melaksanakan salat tarawih di masjid. Uang hasil pengisian air bak, mereka gunakan untuk membeli pisang dan kacang. Untuk dibawa ke pasangan mereka pada saat itu.
“Akhirnya kebiasaan ini terus ada dan dilakukan hingga saat ini, walaupun malam qunut di Kabupaten Gorontalo dilaksanakan di beberapa tempat namun yang menjadi pusat hanya di Kecamatan Batudaa,” urainya.
Dia mengatakan, kebiasaan dan tradisi ini memang murni kemauan dari masyarakat tanpa ada campur tangan pemerintah sejak berpuluh-puluh tahun lamanya.
Baca Juga:Pawai Obor Warga Kota Gorontalo Sambut Malam Nuzulul Quran
“Beberapa tahun lalu saja saat Pandemi Covid-19, kegiatan ini tetap ada. Bahkan sampai aparat kepolisian kewalahan mengamankan ramainya warga di tempat tersebut,” ucapnya.