SuaraSulsel.id - Institut Kewirausahaan Sosial di Asia (ISEA) menggelar diskusi tentang percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan atau (WEE), Kamis, 31 Maret 2022.
Kegiatan itu juga menjadi peluncuran panduan kemitraan transformasional WEE di sektor pertanian atau Agricultural Value Chains (AVCs) yang dikembangkan oleh ISEA dan didukung oleh Kedutaan Swedia di Bangkok.
Head Sub-Regional Office For South-East Asia UNESCAP Ruhimat Soerakoesoemah mengatakan, forum Asia-Pasific ini sangat penting. Untuk mendiskusikan masalah perempuan ke depan. Bagaimana peran mereka dalam tahap pemulihan Covid-19 terutama di sektor pertanian.
"Panduan ini menawarkan jalur transformasional ke dua bidang penting yang paling terkena dampak pandemi yakni, sektor pertanian dan perempuan," kata Ruhimat.
Baca Juga:Komnas Perempuan Sesalkan Syafri Harto Bebas di Kasus Pelecehan Mahasiswi Unri
Ia mengatakan saat ini dunia masih bergulat dengan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan karena pandemi Covid-19. Pemerintah dan sejumlah organisasi terus bekerja dan berusaha untuk memulihkan dunia.
Hal tersebut juga sesuai dengan perjanjian Paris untuk mendukung pemulihan ekonomi dan membantu pemerintah mencari solusi di berbagai aspek.
"Kami melindungi dan meningkatkan masyarakat terutama perempuan dan kelompok rentan lainnya. Yang paling terdampak pada masa pandemi adalah perempuan," jelasnya.
Ia mengatakan perempuan punya peran yang sangat penting pada sektor agrikultural atau pertanian. Apalagi pada masa pandemi, kontribusi mereka sangat besar.
"Kita lakukan berbagai inovasi dan pedoman yang dapat menjangkau berbagai kaum dalam memperjuangkan pemulihan pandemi, terutama perempuan di Asia Tenggara," jelasnya.
Baca Juga:Lakukan 3 Cara Ini jika Ingin Pasangan Betah Bersamamu!
Seperti diketahui, panduan AVC Transformasional adalah sebuah serangkaian kebijakan dan insentif yang diusulkan untuk melengkapi kebijakan ASEAN yang ada untuk menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan perempuan dan laki-laki produsen skala kecil. Mereka berusaha untuk mempromosikan ketahanan pangan, perlindungan sosial yang sangat penting untuk pemulihan efektif skala kecil produsen dari Covid-19.
"Ataupun bencana atau krisis lainnya," kata Marie Lisa Dacanay dari Institute for Social Entrepreneurship in Asia (ISEA).
Panduan AVC Transformasional diambil dari kisah pemberdayaan ekonomi perempuan dari usaha sosial dan bisnis inklusif di ASEAN, ISEA dan mitranya. Mereka melakukan penelitian aksi untuk mengidentifikasi praktik terbaik untuk meningkatkan kehidupan, mata pencaharian, dan produsen skala kecil secara signifikan.
"Panduan ini juga berlaku bagi perusahaan dan pemangku kepentingan lainnya di AVC yang ingin memberikan kontribusi yang berarti bagi pembangunan keberlanjutan (SDGs)," tambah Marie.
Kegiatan ini juga menghadirkan diskusi dengan para wanita inspiratif pembuat perubahan tentang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di bidang pertanian. Diantaranya Chusana Han dari Pemberantasan Kemiskinan dan Divisi Gender Sekretariat ASEAN, Lenlen Mesina dari WeEmpowerAsia, UN Women dan Emilia Setyowati dari Trubus Bina Swadaya.
Diskusi ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional bertema, "Kesetaraan gender hari ini untuk masa depan yang berkelanjutan".
Kegiatan ini diharapkan bisa menghasilkan dukungan dari pemangku kepentingan utama dan memfasilitasi diskusi untuk memperkuat keberlanjutan Panduan AVC Transformasional untuk kesetaraan gender dan masa depan perempuan.
Kontributor: Lorensia Clara Tambing