SuaraSulsel.id - Mobil dobel kabin atau biasa disebut taksi oleh warga di Jalan Trans Nasional Papua mengantre giliran mengangkut penumpang di Terminal Hilux. Taksi parkir di kawasan Pasar Mopah Merauke.
Mengutip KabarPapua.co -- jaringan Suara.com, banyak pilihan kendaraan untuk perjalanan Merauke -Tanah Merah. Mulai dari Hilux keluaran 2015 hingga keluaran 2021.
Sebagai taksi lintas kabupaten, kendaraan mewah ini juga dapat menerima jasa mengangkut barang. Seperti sepeda motor, lemari, kulkas dan barang bawaan lainya.
Biaya jasa angkutan berkisar Rp700 ribu per penumpang. Biaya ini belum termasuk tambahan ongkos barang bawaan yang biasanya akan bebankan biaya per kilogram.
Banyak pengendara lain mengumpamakan, Taksi Hilux jika melintas di Jalan Trans Nasional seperti “setan”. Perumpamaan ini menjadi familiar di telinga masyarakat karena kecepatannya bisa mencapai 120 kilometer per jam.
“Om tinggal bilang saja, mau yang sedang atau yang kencang,” canda Atang, sopir Taksi “setan” saat ditemui KabarPapua.co, beberapa waktu lalu.
Jalan Trans Nasional Papua, Merauke-Boven Digoel menjadi saksi kengerian kecepatan kendaraan doble kabin yang digunakan sebagai transportasi darat masyarakat umum.
Jalan yang membelah dua kabupaten di wilayah adat Anim ha ini hanya ditempuh 6 jam perjalanan darat tanpa istirahat. Jarak tempuh akan ke wilayah tersebut akan lebih lama dua jam jika taksi atau transportasi umum melakukan persinggahan di tempat istirahat.
Sekitar 8 jam waktu tempuh perjalanan Merauke-Boven Digoel dengan jarak wilayah 432 kilometer. Biasanya masyarakat menggunakan Toyota Hilux, salah satu jenis transportasi umum.
Baca Juga:Dorong Harga Bapok di Pedalaman Murah, Mensos Berikan 2 Unit Truk untuk GKI Tanah Papua
Fasilitas Bikin Penumpang Tidur Nyenyak
Selain memiliki fasilitas pendukung musik yang syahdu, Taksi “setan” juga memiliki pendingin atau AC. Belum lagi tempat duduk yang nyaman, membuat para penumpang selalu ketiduran. Wah, hebat bukan.
“Santai saja om, jalan sekarang sudah mulus, berbeda dengan dulu. Kalau dulu kita masih main-main lumpur, om ikut kita berarti om ikut mandi lumpur. Kalau sekarang, om naik rapi berarti turun juga rapi,” canda Atang lagi memecah kesunyian malam.
Dalam melakukan perjalanan lintas kabupaten ini, para penumpang tidak perlu membawa bekal banyak. Sebab ada beberapa lokasi yang menjadi persinggahan Taksi “setan” yang menawarkan makanan ringan hingga berat ala per kampungan.
Persinggahan dimaksud terletak di Distrik Sota, Distrik Ulilin dan Distrik Muting. Lokasi persinggahan ini merupakan tempat makan atau warung milik warga setempat. “Jangan takut lapar, di sini banyak warung, tinggal om bilang saja warung yang mana, yang penting ada uang,” ujar Atang sembari mengedipkan salah satu matanya.