Benarkah Nabi Muhammad Terkena Sihir ?

Sihir merupakan merupakan peninggalan setan kepada manusia

Muhammad Yunus
Selasa, 26 Oktober 2021 | 06:25 WIB
Benarkah Nabi Muhammad Terkena Sihir ?
ilustrasi santet, sihir, ilmu hitam. [Envato Elements]

SuaraSulsel.id - Sihir merupakan merupakan peninggalan setan kepada manusia. Ilmu hitam yang dipakai pelakunya untuk memberi kerusakan kepada orang lain.

Mengutip penjelasan Ustad Muhammad Ode Wahyu di wahdah.or.id :

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata:

“Hal itu sebagaimana sifat tabiat manusia (yang bisa terkena sihir), namun ia telah pasti mendapat janji dan pertolongan Allah kepada-Nya”. (Tafsir as-Sa’di: 592)

Baca Juga:Siswa MTsN 1 Tana Toraja Rayakan Maulid Nabi Muhammad Dengan Berbagai Kegiatan Meriah

Hal demikian juga terjadi pada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Beliau terkena dampak sihir seorang Yahudi hingga dibuat berkhayal seolah-olah beliau melakukan sesuatu padahal beliau tidak melakukannya.

‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha menuturkan: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam disihir, ia dibuat berkhayal seolah-olah beliau telah melakukan sesuatu sementara ia tidak melakukannya”. (HR. Bukhari)

Allah Azza wajalla berfirman:

“Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia”. (QS. Al-Baqarah:101)

Sihir bisa mengenai siapa saja, bahkan para Nabi. Ketika Fir’aun mengadu tukang sihirnya dengan Nabi Musa ‘alaihis salam, Nabi Musa pun merasakan sihir mereka.

Baca Juga:Menilik Pencucian Benda Pusaka di Tangsel, Tradisi Silaturahmi Keturunan Pangeran TB Atif

Allah Azza wajalla berfirman:

“Berkata Musa, “Silahkan kamu sekalian melemparkan.” Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata, “Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang”. (QS. Thaha: 66-69)

Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Allah Musa ‘alaihis salam juga terkena dampak sihir mereka, hingga ia merasa ketakutan tatkala melihat tongkat mereka yang berubah menjadi ular.

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata:

“Sihir bisa terjadi pada Nabi walaupun beliau memiliki kedudukan yang agung dan senantiasa menjaga wiridnya. Akan tetapi untuk terlepas dari hal itu -(maksud Ibnu Hajar adalah perkataan Ibnul Qayyim al-Jauziyah rahimahullah bahwa sihir terjadi pada orang yang hatinya lemah, seperti wanita, anak-anak, orang-orang jahil)- ini secara umum atau kebanyakannya. Adapun yang terjadi pada Nabi Shallalllahu’alaihi wasallam untuk menjelaskan bahwa hal itu bisa terjadi padanya”. (Fathul Bari: 10/290)

Al-Hafizh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata bahwa yang menolak hadits-hadits ini adalah ahli bid’ah. (Ibid)

Tinggal satu pertanyaan, bukankah Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam adalah seorang yang maksum dan terjaga?

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata:

“Beberapa orang mengingkari perkara ini, mereka berkata bahwa tidak boleh hal ini terjadi kepada Nabi karena menganggap bahwa hal ini merupakan kekurangan dan aib bagi Nabi. Namun perkaranya tidak sebagaimana yang mereka kira, sebab sihir merupakan sesuatu yang bisa terjadi pada Nabi layaknya rasa sakit dan lapar. Sihir merupakan salah satu penyakit dari beberapa penyakit lainnya. Terkenanya sihir pada diri beliau sebagaimana beliau pernah teracuni. Tidak ada perbedaan antara keduanya.

Al-Qadhi Iyadh rahimahullah berkata: “Sihir merupakan diantara jenis penyakit bisa terjadi pada Nabi Shallalllahu’alaihi wasallam layaknya penyakit lainnya. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa diingkari dan tidak menjadikan ia layak dicela pada kenabiannya”. (Zaad al-Ma’ad: 4/178-179)

Syaikh Abu Umar Muhammad bin Abdul Malik az-Zaghabi hafizhahullah berkata:

“Adapun firman Allah “Allah yang menjagamu dari manusia” maka penjagaan ini dari sisi penjagaan terhadap risalah sebagaimana firman Allah: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. Beliau terus hidup dan Allah terus menjaganya hingga ajal datang padanya.” (Mausu’atu Raddi al-Ulama ‘ala Al-Malahidati wal Juhala: 134)

Maksudnya, kemaksuman beliau pada perkara agama, adapun perkara dunia yang tidak berkaitan dengan risalah maka hal-hal lain bisa menimpanya, Wallahu a’lam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini