Bakat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir.
Menurut Andri, bakat sebagai kumpulan/kombinasi dari sifat, potensi, dan peran yang secara alami mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan produktivitas kerja.
Tidak berbakat dalam suatu aktivitas, kata Andri, bukan berarti tidak dapat melakukan aktivitas tersebut. Namun, yang bersangkutan membutuhkan usaha yang lebih keras agar dapat melakukan aktivitas tersebut dengan baik.
Pemicu Bakat
Baca Juga:Nah Lho! Polisi Dalami Dugaan Kelalaian PIP Semarang Atas Kasus Tewasnya Taruna
Jika belum menemukan bakat, tidak perlu khawatir karena bakat itu tidak hilang. Dia hanya tertidur, sampai ada trigger (pemicu) yang membangunkannya.
Andri memberikan contoh pengalaman hidupnya. Saat masih di bangku sekolah dasar (SD) kelas 1—3, Andri senang pelajaran mengarang. Gurunya sering memuji karangannya yang lebih bagus daripada teman-temannya. Namun, dia tidak pernah mengirimkan karangannya ke koran atau majalah.
Pada tanggal 3 November 2018, Andri melakukan sharing bakat di sebuah komunitas. Ternyata ada penerbit buku yang hadir dan sangat tertarik dengan penjelasan Andri mengenai observasi bakat anak usia dini.
Penerbit itu lantas menawarkan kerja sama pembuatan buku. Ternyata hanya dalam waktu 3 minggu buku tersebut terbit. Para pembaca memberikan testimoni bahwa buku tersebut mudah dipahami. Maka, menulis adalah bakat Andri yang terbangunkan kembali pada saat usianya 47 tahun.
Andri lantas menganalogikan tanaman yang menempati tanah yang sama dan mendapat siraman air yang sama. Namun, pada kenyataannya memberikan buah yang rasanya beragam.
Baca Juga:Kasus 10 Mahasiswa UNS Diamankan Polisi, Gibran: Kalau Mau Ketemu, Saya Fasilitasi
Begitu pula, anak dibesarkan dalam lingkungan yang sama, diberikan program yang sama, menunjukkan bakat yang berbeda.