Menurut dia lagi, di Maros pada umumnya menerapkan pertanaman IP 200. Artinya dua kali tanam dalam setahun, ini kemudian ditingkatkan menjadi tiga kali. Demikian juga saat ini sudah dilakukan uji coba untuk panen hingga empat kali.
Sedangkan, untuk mengantisipasi perubahan iklim, Kementerian Pertanian RI bersama pemerintah daerah bekerjasama, terutama pada musim La Nina.
"Ini musim La Nina, kalau kami musim rendengan periode Oktober-Maret. Maros itu masuk sektor barat. Jadi kami harus memantau dan membantu wilayah yang rawan banjir dan kekeringan, itu yang harus kita pantau terus," ujarnya pula.
Bupati Maros Chaidir Syam menyampaikan terima kasih atas dukungan dan bantuan jajaran Kementan terhadap semua proses pembangunan pertanian yang sedang berlangsung.
Baca Juga:Ada Kolam Regulasi Nipa-Nipa, Jokowi Harap Kota Makassar Bebas Banjir
Dia berharap, upaya tersebut mampu mewujudkan harapan rakyat atas hadirnya kedaulatan pangan dari pintu gerbang Indonesia bagian timur.
"Kami segenap rakyat Maros sangat bahagia dan bersyukur karena Bapak Menteri mau meluangkan waktu berkunjung ke Maros. Sekali lagi atas nama pribadi dan rakyat Maros saya mengucapkan terima kasih," katanya lagi.
Menurut Chaidir, Maros selama ini merupakan penyangga utama bagi kebutuhan pangan di Kota Makassar. Memiliki 14 kecamatan dan puluhan desa, wilayah ini sebagian besar dihuni oleh penduduk yang berprofesi petani.
"Semua kecamatan memiliki wilayah pertanian. Bahkan di sini bisa 2 hingga 3 kali musim tanam setiap tahun. Artinya, Maros adalah sentra produksi padi di Sulawesi Selatan. Kabupaten Maros memiliki surplus beras kurang lebih 113 ribu ton," katanya pula.
Kepala Perum Bulog Divre Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar) Eko Pranoto mengaku siap untuk mewujudkan sinergitas Bulog dan Komando Strategi Penggilingan (Kostraling) Kementan dalam melakukan penyerapan gabah panen sesuai target awal, yakni 303 ribu ton. (Antara)
Baca Juga:Banjir Maros, Kementan Imbau Petani Ikut Asuransi Pertanian Agar Tak Merugi