"TNI AL harus meningkatkan sistem pendidikan bagi prajurit TNI AL agar memiliki kecakapan melakukan peperangan Anti-USSV sebagai bagian dari kemampuan peperangan Anti Unmanned System," bebernya.
Nuning menegaskan pemerintah harus benar-benar serius memerhatikan hal ini. Jangan sampai konsentrasi menghadapi Covid-19 kemudian mengurangi Kewaspadaan Nasional terhadap bahaya perang besar di Laut Cina Selatan.
"Kemhan, Mabes TNI dan Mabes TNI AL tidak boleh memandang remeh hasil temuan ketiga UUV beberapa waktu yang lalu," tandasnya.
Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah juga angkat bicara soal penemuan drone tersebut. Ia memastikan itu adalah mata-mata China.
Baca Juga:Nelayan Selayar Tangkap Mata-mata China, Indonesia Layangkan Protes
"Itu mata-mata (China). Kita sudah kordinasi dengan Danlantamal," kata Nurdin, Senin (4/1/2021).
Ia mengaku sudah melayangkan komplain lewat nota diplomatik ke Kedutaan Besar China. Apalagi benda tersebut ditemukan di kawasan strategis kepulauan Sulsel.
"Kita sudah komplain lewat nota diplomatik kedutaan besar China. Hari ini TNI Angkatan Laut yang akan jelaskan detailnya," bebernya.
Diketahui, seorang nelayan menemukan drone kapal selam yang diduga milik negara China di Kepulauan Selayar. Panjangnya 225 cm, dengan lebar sayap 50 cm dan antena trailing 33 cm.
Kendaraan bawah air tak berawak atau UUV itu ditemukan pada 20 Desember, akan tetapi baru dilaporkan enam hari kemudian. Saat ini TNI AL sedang menyelidiki di Pangkalan Angkatan Laut Utama ke-6 Makassar.
Baca Juga:Temuan Drone di Selayar: "Waspada Perang Besar di Laut China Selatan"
Kontributor : Lorensia Clara Tambing