"Selama pandemi, hampir semua toko dan sekolah di China tutup. Tidak bisa kita jualan kayak dulu lagi," kata Liky Sutikno selaku Chairman Indonesia Chamber of Commerce in China (Inacham) dalam forum virtual tentang Prospek Indonesia-China yang digelar Kedutaan Besar RI di Beijing pada 23 Desember 2020.
Setelah mendapatkan transaksi hingga 10 kontainer kerupuk udang, Papatonk harus punya komitmen agar tetap mendapatkan kepercayaan dari konsumennya di China.
Sepuluh kontainer kerupuk udang itu harus segera tersedia dalam jangka waktu dua pekan sejak pertama kali ditransaksikan.
Kalau tidak, maka bukan hanya tidak lagi dipercaya, melainkan juga harus bayar denda.
Baca Juga:Demi Tingkatkan Produksi, Ratusan UMKM Difasilitasi Legalitas Badan Hukum
Tidak sedikit perusahaan Indonesia, terutama dari kalangan UMKM masuk China hanya coba-coba tanpa punya konsep dan perencanaan yang matang.
Setelah produk dinyatakan layak masuk pasar, ternyata gagal memenuhi permintaan, terutama dari segi kuantitas.
"Dulu saya pernah dukung UMKM masuk China bawa arang. Begitu di sana butuh satu juta arang, UMKM kita ga ada yang sanggup," kata Tahir MBA selaku Ketua Umum Kadin Indonesia Komite Tiongkok dalam forum yang digelar melalui aplikasi Zoom itu.
Naik Kelas
Selain produk-produk unggulan di atas, ada juga kuliner khas Nusantara yang bisa diterima di pasar China, seperti yang disajikan restoran The Pawon.
Baca Juga:Majukan UMKM, Masjid Istiqlal dan BIG Indonesia Luncurkan Program Halal
Pawon yang dalam bahasa Jawa berarti dapur mampu mengemas makanan pasar bisa naik kelas.