SuaraSulsel.id - Kepulangan Habib Rizieq Shihab (HRS) ke Indonesia membuat banyak tokoh yang terkena dampak negatif. Salah satunya adalah mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
Di media sosial, sejumlah postingan secara masif mengabarkan keterlibatan JK di balik kepulangan HRS.
Beberapa diantaranya menuding JK membawa duit satu koper ke Arab Saudi. Untuk membawa pulang Rizieq, demi kepentingan politiknya.
Postingan tersebut menggunakan nama ‘Chaplin’ diduga untuk menyamarkan tudingannya ke JK.
Baca Juga:Tes Swab Mandiri, FPI Klaim Rizieq Sekeluarga Negatif Corona
Salah satu postingan yang ramai dibagikan di media sosial adalah tulisan Andi Setiono Mangoenprasodjo.
Postingan tersebut mengulas peran orang hebat di balik kesuksesan Lion Air yang selalu lolos meskipun sering bermasalah. Orang hebat yang disebut sebagai ‘Si Bohir’ itu lagi-lagi diduga adalah JK.
“Jadi jelas ya, kalau tiba2 ada orang yang tergopoh2 bawa duit sekoper pergi ke Mekkah untuk menjemput Si Imam Besar. Ia tahu betul, bahwa hanya dialah yang bisa menjadi kelompok penekan pemerintah. Ia satu2nya yang bisa terus menteror pemerintah yang sah agar tujuannya tercapai. Apa tujuannya?” tulis postingan tersebut, mengutip dari terkini.id -- jaringan suara.com
Postingan lainnya mengasosiasikan nama Chaplin sebagai Jusuf Kalla sebagai orang yang telah membawa koper untuk kepulangan HRS.
Salah satunya diposting oleh mantan politikus Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean di akun Twitternya.
Baca Juga:Kerumunan Rizieq Dapat Tes Swab Gratis, Publik Protes: Kita yang Bayar!
Dalam cuitannya, Ferdinand memakai tiga istilah untuk menyamarkan nama tokoh yakni Caplin, Presiden, dan Si Asu Pemilik Bus Edan.
Awalnya, Ferdinand mengungkapkan kehebatan tokoh Caplin yang membawa uang sekoper untuk membereskan semua urusan di Arab Saudi.
Menurut Ferdinand, langkah itu dilakukan Caplin untuk melancarkan agenda politik pada 2022 dan 2024.
“Hebat jg si Caplin, bawa duit sekoper ke Arab, bayar ini itu beres semua. Agenda politik 2022 menuju 2024 sdh dipanasi lebih awal,” cuit Ferdinand pada Rabu 4 November 2020.
Sejumlah pengguna media Twitter pun riuh menanggapi cuitan Ferdinand tersebut dan mulai mencocokkan istilah-istilah pengganti tersebut dengan nama sejumlah tokoh nasional.
Chaplin dan Jusuf Kalla
Akun KataKita malah memposting foto yang menyandingkan Chaplin dengan Jusuf Kalla.
Kemudian merepost tulisan tentang sosok Wapres berkumis dibanding Wapres lainnya sepanjang masa Indonesia berdiri.
“Satu-satunya Wapres yang berkumis hanyalah Jusuf Kalla (JK). Ia berkumis pada jabatan Wapres periode pertama Presiden SBY (2004-2009) dan Presiden Jokowi (2014-2019). Yang menarik, kumis JK ini tampak mengambil gaya tahun tahun 1930/ 1940an dimana kumis pendek hanya selebar hidung mirip Charlie Caplin atau Hitler."
"Kumis gaya periode ini memang berbeda dengan gaya kumis awal abad XX sampai 1920-an yaitu kumis yang panjang melintang di disudut atas bibir melengkung ke atas. Di Indonesia yang terkenal memakai kumis ini adalah pemimpin Sarekat Islam HOS Cokroaminoto. Tapi rupanya JK lebih suka kumis gaya Chaplin dari pada gaya Cokroaminoto,” tulis postingan tersebut.
Klarifikasi Jusuf Kalla
Juru Bicara Jusuf Kalla, Husain Abdullah, membantah JK punya sangkut paut dengan kepulangan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab ke Indonesia setelah 3,5 tahun ’mengasingkan diri’ di Arab Saudi.
”Pak JK tidak pernah mengkomunikasikan ataupun mendanai kepulangan HRS (Habib Rizieq Shihab, red),” kata Husain dalam keterangannya, Minggu 22 November 2020.
Husain menjelaskan, tuduhan bahwa JK memiliki andil dalam kepulangan Rizieq ke Indonesia bermula dari cuitan mantan politikus Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean di akun Twitternya.
Dalam cuitannya, Ferdinand menggunakan tiga istilah untuk menyamarkan nama tokoh yakni Caplin, Presiden, dan Si Asu Pemilik Bus Edan.
Awalnya, dia mengakui kehebatan tokoh Caplin yang membawa uang sekoper untuk membereskan semua urusan di Arab Saudi.
Menurut Ferdinand, langkah itu dilakukan Caplin untuk melancarkan agenda politik pada 2022 dan 2024.
“Hebat jg si Caplin, bawa duit sekoper ke Arab, bayar ini itu beres semua. Agenda politik 2022 menuju 2024 sdh dipanasi lebih awal,” cuit Ferdinand pada Rabu (4/11).
Sejumlah pengguna media Twitter pun riuh menanggapi cuitan Ferdinand tersebut dan mulai mencocokkan istilah-istilah pengganti tersebut dengan nama sejumlah tokoh nasional.
Salah satunya, akun @BapakePaki, yang mempertanyakan apakah istilah yang digunakan Ferdinand itu merujuk ke JK dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. “Chaplin=JK Bus edan=Anis ??? Gitu kahh?” cuit akun @BapakePaki menjawab cuitan Ferdinand.
Menurutnya, hal itu hanya dilakukan orang yang suka mencocok-cocokan informasi meski sebenarnya tidak berkaitan satu sama lain atau “cocokologi”.
Ferdinand pun disebut Uceng tidak mampu membuktikan kebenaran cuitannya itu. ”Ini kan kadang-kadang dengar ini itu terus Tweet bikin cocokologi, kemudian dengan segala retorika, berlindung menggunakan kata pengganti segala macam,” kata Uceng–sapaan akrab Husain– dalam sebuah dialog di TV swasta, Rabu 11 November 2020.
Belakangan, kata Husain, kebohongan tersebut dijadikan dasar oleh pengamat sosial politik dan pegiat media sosial, Rudi S Kamri, untuk membangun kebohongan baru melalui tulisannya berjudul “Sang Bandar Chaplin Pun Akhirnya Keluar Sarangnya Karena Kepanasan”.
Husain menilai bila sosok Chaplin benar diasosiasikan sebagai JK karena memiliki kesamaan bentuk kumis, maka tulisan itu merupakan sebuah tuduhan yang membabi buta serta tanpa fakta dan data yang jelas.
Tulisan itu kata dia, justru menciptakan kegaduhan, penyesatan, serta merusak hubungan sosial dan budaya saling menghargai yangmengakar di Indonesia selama ini.
“Kalau itu [tulisan] ditujukan kepada Pak JK, maka tulisan tersebut merupakan sebuah tuduhan membabi buta, tanpa fakta dan data yang jelas. Tepatnya cocoklogi,” kata Uceng.
Dalam tulisannya, Rudi memang menyebutkan secara gamblang bagaimana peran si ‘Chaplin’ dalam kepulangan Habib Rizieq.
Tak hanya disebut mensponsori kepulangan sang habib ke tanah air, Rudi menyebut si ‘Chaplin’ turut memanfaatkan kaki tangannya baik di institusi keamanan hingga pejabat negara untuk mendukung serta memuluskan kepulangan Habib Rizieq.
“Sudah menjadi rahasia umum Sang Chaplin ini mempunyai kaki tangan di segala lini. Mulai di institusi aparat keamanan negara, beberapa pejabat negara dan beberapa di partai politik. Meskipun orang-orangnya sudah tidak lagi memegang kendali di posisi sentral resmi di organisasi, tapi saya meyakini masih cukup kuat membangun jaringan. Alat Chaplin di pemerintahan sudah terbaca luas, salah satunya adalah Gubernur Ibukota yang menjadi pion kesayangannya,” beber Rudi.
“Sedangkan di partai sudah bisa ditebak dengan terang benderang saat mengapa tiba-tiba Fraksi milik Pak Brewok di DPRD DKI Jakarta membela membabi-buta Gubernur DKI Jakarta. Kemudian salah seorang kaki-tangan Chaplin yang menjadi pimpinan Partai Kuning juga membangun narasi si Kuning siap menjadi kendaraan politik bagi MRS,” lanjut dia.
Husain lantas menjelaskan, sebelum ke Arab Saudi, JK melakukan perjalanan ke Vatikan untuk menemui Pemimpin Umat Katolik Paus Fransiskus, dalam rangka penjurian pemberian gelar Sayeed Award for Human and Fraternity.
Kemudian setelah bertemu Paus Fransiskus di Vatikan, JK melanjutkan perjalanan ke Riyadh, Arab Saudi, untuk menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama pembangunan Museum Rasulullah Muhammad SAW yang akan dibangun di Jakarta.
Penandatanganan dilakukan antara Wakil Ketua Dewan Mesjid Indonesia yang diwakili Syafruddin dan Abdul Rahman bin Muhammad Al Mathar selaku Deputi Eksekutif Liga Dunia.
Setelah acara tersebut, menurut Husain, JK merasa tidak afdal jika tidak menunaikan ibadah umrah di sana. Untuk keperluan ibadah, JK pun melanjutkan perjalanan ke Mekkah dan menunaikan umrah dengan protokol kesehatan yang ketat.
“Perjalanan Pak JK ke Vatikan dan Mekkah murni perjalanan misi kemanusiaan dan ibadah. Tidak bersangkut paut dengan kepulangan HRS apalagi politik dalam negeri apalagi 2024,” kata Husain.
Husain pun mengingatkan kepada para pendengung untuk tidak mengotori perjalanan JK dengan narasi menyesatkan tanpa dasar dan bukti.
“Saya juga mengingatkan para buzzer untuk tidak mengotori rangkaian perjalanan ini dengan narasi menyesatkan tanpa dasar dan bukti. Karena perjalanan Pak JK murni untuk kemanusiaan dan ibadah. Sebagai negara Pancasila, kita wajib menghargai dan menghormati warga negara Indonesia yang melaksanakan ritual ibadah keagamaannya dan kiranya tidak dinodai dengan fitnah murahan,” katanya.