Kisah Alwi, Penjual Bakso yang Berjuang Melawan Pandemi Covid-19

Warung Bakso Alwi terletak di Jalan Satangnga, Kecamatan Bontoala, Makassar juga berhenti beroperasi

Muhammad Yunus
Rabu, 18 November 2020 | 19:21 WIB
Kisah Alwi, Penjual Bakso yang Berjuang Melawan Pandemi Covid-19
Bakso Satangnga / [Foto: Dokumentasi Bakso Satangnga]

SuaraSulsel.id - April 2020, Pemerintah Kota Makassar memperketat aturan protokol kesehatan. Mayoritas masyarakat harus berdiam diri di rumah masing-masing. Agar tidak terinfeksi Virus Corona atau Covid-19.

Saat itu, Alwi (26 tahun) masih merenungi nasib di rumahnya yang terletak di Jalan Tinumbu, Kecamatan Ujung Tanah, Makassar. Ia memikirkan usaha jualan baksonya yang belum juga diperbolehkan untuk buka. Karena Virus Corona masih terus mewabah.

Semua pedagang dan penjual diminta untuk mematuhi aturan yang dikeluarkan pemerintah. Tanpa terkecuali.

Tak ada yang boleh membuka usaha jualan, yang dapat membuat warga berkerumun. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Baca Juga:Cara Tim Medis Atasi Keletihan Terhadap Pandemi

Banyak warga yang mengeluh. Termasuk Alwi. Sebab, ia tidak dapat membuka warung untuk mencari penghasilan seperti hari-hari biasanya.

Mal, supermarket, tempat wisata, hingga warung-warung makan sudah jarang dikunjugi warga di Makassar.

Warung Bakso Alwi terletak di Jalan Satangnga, Kecamatan Bontoala, Makassar juga berhenti beroperasi. Yang tinggal di lokasi hanya tenda biru dan gerobak kosong.

Pelanggan bakso Alwi sempat beberapa kali berlalu lalang mengunjungi lokasi warung. Mereka ingin memastikan apakah Alwi sudah mulai berjualan bakso lagi atau tidak.

Bahkan, pelanggan yang sudah tidak sabaran sempat ada yang mendatangi rumah Alwi. Mereka meminta agar Alwi segera kembali berjualan bakso di warungnya.

Baca Juga:Belajar Online Makan Korban, Gadis SMA Tewas karena Stres Banyak Tugas

"Ada beberapa warga datang ke rumah. Minta saya buka kembali warung bakso," kata Alwi kepada SuaraSulsel.id, Rabu (18/11/2020).

Karena permintaan tersebut, Alwi pun mulai memutar otak untuk mencari solusi. Ia ingin kembali berjualan bakso, namun tidak mau bila harus melanggar aturan yang dikeluarkan pemerintah.

Dua hari dua malam lamanya Alwi berpikir keras. Namun, belum juga dapat memecahkan persoalan tersebut.

Semua itu Alwi lakukan agar pelanggannya tidak kecewa. Alwi tidak ingin kehilangan kepercayaan, apalagi kalau sampai kehilangan pembeli yang sudah lama menjadi langganan baksonya.

Sampai akhirnya masalah tersebut berhasil terpecahkan. Setelah Alwi melihat salah satu tetangganya yang membeli kue tanpa harus mendatangi toko si penjual alias Cash On Delivery (COD).

Dari situ, Alwi terinspirasi dan ingin menjajakan bakso buatannya dengan melakukan hal yang serupa. Tetapi, berjualan bakso dengan cara COD tersebut ternyata tidak semudah seperti yang dibayangkan masyarakat pada umumnya.

"Satu minggu tutup warung. Pas kencang sekali corona. Sudah itu ada kebijakan, sudah bisa menjual tapi tidak boleh makan di warung," ujar Alwi sembari mengingat kembali warungnya yang berhenti beroperasi karena Covid-19.

Agar dapat berjualan secara COD, Alwi membutuhkan berbagai persiapan lebih dahulu. Mulai dari mangkuk dan sendok yang akan digunakan sebagai wadah hingga beberapa foto-foto bakso yang akan diunggah di jejaring media sosial untuk dapat menarik perhatian para pelanggan.

Untuk mangkuk dan sendok, sudah tentu berbeda dengan yang digunakan Alwi saat berjualan di warungnya.

Alwi memilih mangkuk dan sendok yang terbuat dari bahan plastik yang dilengkapi dengan penutup atau biasa disebut Paper Bowl.

Cara ini dianggap Alwi yang paling efektif untuk ditempuh saat pandemi Covid-19 masih mewabah. Agar bakso Satangnga yang dijual Alwi tidak tumpah di perjalanan.

"Mangkuknya saya beli di toko-toko ekspedisi di Jalan Cakalang Makassar. Paper bowl nama mangkuknya," jelas Alwi.

Sedangkan, untuk foto-foto bakso yang akan diunggah di media sosial. Alwi sudah tidak begitu ambil pusing. Sebab, Alwi sendiri merupakan almuni mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Apalagi, selama kuliah dahulu Alwi kerap mendapatkan berbagai materi tentang bagaimana cara-cara pengambilan gambar yang baik dan benar. Selain itu, Alwi juga kerap mengikuti sejumlah pelatihan fotografi.

Bahkan, terkadang juga Alwi mendapatkan pekerjaan tambahan apabila ada kenalan yang memintanya untuk menjadi fotografer di acara pernikahan.

Oleh karena itu, foto-foto bakso yang diunggah Alwi di media sosial tidak kalah jauh dari hasil jepretan para fotografer profesional.

"Kalau foto kan saya yang ambil sendiri," ujar Alwi sambil menebarkan senyum.

Karena harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli mangkuk kertas, mau tidak mau Alwi menaikan harga baksonya. Untuk satu porsi bakso Satangnga yang diantar Alwi ke tempat pelanggannya, di jual dengan harga Rp15.000.

"Harga saya naikkan Rp5000. Kalau di warung dulu kan Rp 10.000, kalau COD Rp15.000," kata dia.

"Alasan saya naikkan Rp5000, karena tambahan biaya kemasan. Baksonya kan dikemas dengan rapi pakai paper bowl pula," tambah Alwi.

Meski harga per porsi bakso naik Rp5000, rupanya para pelanggan tidak pernah ada yang mengeluh atau pun komplain.

Apalagi, waktu itu memang banyak masyarakat yang ingin menikmati kuliner bakso. Hanya saja, tidak ada yang berani membuka warung untuk berjualan.

Dari cerita Alwi, beberapa penjual bakso di Makassar banyak yang memutuskan untuk pulang ke kampung halaman mereka masing-masing. Akibat tidak dapat berjualan bakso di warung saat pandemi corona tengah melanda.

"Alhamdulillah tidak ada yang komplain. Pelanggan juga mengerti karena ada mangkuknya, jadi wajar kalau naik hargnya," terang Alwi.

Khusus untuk di bagian promosi, Alwi dibantu oleh rekan-rekan jurusannya. Teman-teman Alwi ikut mempromosikan bakso Satangnga di media sosial Instagram dan Facebook.

"Saya dibantu oleh teman jurusan untuk promosikan bakso saya di medsos," tutur dia.

Cara yang ditempuh Alwi ini terbukti ampuh. Banyak masyarakat yang tertarik dan segera menghubungi Alwi ketika melihat postingan di media sosial.

Baik mengirim pesan singkat kepada Alwi maupun menelepon secara langsung untuk dapat mencicipi bakso Satangnga.

"Alhamdulillah lancar, jualan laris. Kalau satu kali saya iklankan di medsos langsung ada chat saya, bertanya mau beli," jelas Alwi.

Pelanggan bakso Alwi, cukup beragam. Mulai dari masyarakat sipil, pegawai bank, hingga pegawai BUMN. Tua dan muda semuanya direspon cepat oleh Alwi, baik yang hanya sekedar bertanya maupun orang-orang yang memang ingin membeli.

"Ada juga yang beberapa hanya sekedar bertanya. Tapi saya tidak ambil pusing, semuanya saya respon baik. Namanya juga usaha. Kalau tidak laku, ya tidak apa-apa juga, kalau laku alhamdulillah," katanya.

Saat mengantar bakso ke tempat-tempat pelanggan yang telah disepakati, ternyata Alwi tidak pernah menggunakan jasa kurir seperti gojek dan lain sebagainya. Tetapi, Alwi sendiri yang turun tangan langsung untuk mengantar bakso jualanya ke para konsumen.

"Saya tidak langganan sama kurir seperti gojek dan lainnya. Saya yang antar sendiri ke rumah pembeli. Jadi waktu corona kencang orang tinggal di rumah semua. Kalau saya sibuk keliling Makassar antar bakso karena banyak yang pesan," ungkap Alwi.

Tak hanya sekedar asal jual menjual bakso. Akan tetapi, ternyata Alwi juga memakai strategi pemasaran. Agar bakso yang dijualnya tetap laris manis.

"Strategi promo. Kemarin kalau beli tiga, saya gratiskan ongkir. Tapi jaraknya tertentu harus tiga kilometer dari rumah," kata dia.

Alwi tidak pernah merasa malu apabila menjadi penjual bakso. Prinsip yang dipegang teguh Alwi selama ini adalah semua pekerjaan dapat dilakukan untuk mencari penghasilan. Selama kerjaan itu tidak melanggar hukum.

"Kenapa harus malu, dari pada tidak makan orang. Kerja saja yang bisa, selama halal," ujar dia.

Alwi sendiri sejatinya sudah melakoni hari-harinya menjadi penjual bakso, sejak dia masih duduk di bangku kelas satu Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Saat itu, setiap pulang dari sekolah atau pun hari libur, Alwi bergegas mengganti seragam sekolahnya untuk membantu kedua orang tuanya, yakni Haji Mansur dan Hj Nurhayati yang berjualan bakso di warung.

"Sudah dari SMP saya bantu orang tua jual bakso," tambah Alwi.

Usaha jualan bakso yang dijalani Alwi, merupakan usaha turun temurun dari nenek moyangnya.
Dari hasil jualan bakso, Alwi mampu melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang perguruan tinggi. Sampai sukses menyandang gelar sarjana.

Bakso tersebut diberi nama Bakso Satangnga karena dijual di Jalan Satangnga. Agar mudah diingat oleh para konsumen.

"Sudah lama memang jualan bakso, dari nenek-nenek saya itu. Jadi orang-orang sudah kenal memang ini rasa bakso Satangnga. Namanya bakso satangnga karena jalannya di sana," ucapnya.

Karena mempunyai ciri khas, jangan kira bakso Satangnga dengan bakso-bakso yang dijual-jual oleh pedagang pada umumnya sama persis. Bakso Satangnga yang jual Alwi ini memiliki rasa yang cukup berbeda.

Seperti tekstur bakso yang terasa lebih keras, karena mengandung daging sapi yang lebih banyak dibandingkan tepung kanji saat diolah menjadi bakso.

Sehingga, setiap gigitan pada bakso Satangnga akan lebih terasa daging sapinya. Semua ini dilakukan untuk menjaga kualitas kenikmatan hidangan bakso ketika disajikan bersama dengan kuah.

"Itu bakso dibikin sendiri pakai mesin cetak. Kenapa agak keras karena daging yang digunakan lebih banyak dari pada tepung kanji. Saya tidak tahu pastinya kalau soal banyak dagingnya yang digunakan karena orang tua yang giling daging kalau pagi-pagi," kata dia.

Untuk kuah sendiri, juga tidak kalah nikmatnya. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kuah bakso tersebut juga merupakan rempah-rempah pilihan.

"Ada juga rempah khususnya itu kalau kuah. Semua bahanya, dari daging sampai rempah-rempah dibeli di pasar," jelas Alwi.

Hingga kini, sudah dapat tersenyum lebar. Sebab, warung baksonya di Jalan Satangnga, Makassar perlahan sudah kembali beroperasi lagi. Alwi mulai berjualan dari jam 17.00 Wita sore hingga jam 22.00 Wita malam.

Saat berkunjung ke warung bakso Alwi juga ada hidangan lain yang tidak kalah nikmatnya untuk dicicipi. Salah satunya adalah lontong yang siram dengan bumbu kacang.

Lontong bumbu kacang ini, menjadi salah satu primadona para konsumen yang datang ke warung Alwi dan cocok untuk dinikmati bersama hidangan bakso Satangnga.

"Bukan cuma bakso saja di warung, ada mie pangsit juga. Belum itu yang lotong bumbu kacang yang selalu dicari-cari pembeli," katanya.

Setiap pengunjung yang datang diwajibkan mematuhi protokol kesehatan. Cuci tangan, jaga jarak, dan memakai masker.

Kontributor: Muhammad Aidil

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini