SuaraSulsel.id - Tim kampanye Presiden AS Donald Trump mengintensifkan aksi hukum mereka. Untuk menantang integritas proses penghitungan surat suara di beberapa negara bagian penting.
Sementara calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden semakin mendekati perolehan 270 suara elektoral yang diperlukan untuk memenangi Gedung Putih.
Saling melontarkan tuduhan dan protes mengenai penghitungan suara terjadi di Philadelphia di Pennsylvania, salah satu negara bagian penting dalam perebutan suara untuk memenangi Gedung Putih.
Edward Young, pendukung Trump, mengaku melihat tayangan di televisi di mana orang-orang yang menghitung suara di TPS-TPS di kota itu mengenakan masker dan baju kaos dengan tulisan Biden.
Baca Juga:Pimpin Klasemen Liga Inggris atas Liverpool, Southampton: Stop The Count!
Sementara itu Lisa Haver, pendukung Biden, mengemukakan, protes yang menyatakan perintah sewenang-wenang untuk menghentikan penghitungan suara merupakan pencabutan hak memberikan suara.
Dibandingkan dengan Trump, Biden lebih dekat ke perolehan 270 suara elektoral yang diperlukan untuk meraih kemenangan. Dengan nada percaya diri ia menyerukan semua pihak agar bersikap tenang.
Biden mengatakan demokrasi kadang kacau, juga kadang-kadang membutuhkan sedikit kesabaran.
Namun, kesabaran tersebut telah dihargai selama 240 tahun lebih dengan suatu sistem pemerintahan yang telah membuat dunia iri, lanjutnya.
Sementara itu Trump, tanpa bukti, menuduh Demokrat melakukan penipuan dan penindasan suara pemilih, dan berusaha mencuri pemilihan.
Baca Juga:Komat-Kamit Penasihat Spiritual Panggil Malaikat untuk Kemenangan Trump
"Kalau menghitung suara yang legal, saya akan menang mudah," kata Trump.
"Kalau menghitung suara ilegal, mereka dapat berusaha mencuri pemilihan dari kita," lanjutnya.
Sementara surat suara terus dihitung, sedikit sekali bukti mengenai penipuan.
Namun begitu tim kampanye Trump meletakkan landasan untuk menantang hasil pemilu dengan mengajukan puluhan gugatan hukum yang mencakup antara lain penghitungan suara di negara bagian-negara bagian penting, termasuk di Georgia, Michigan dan Pennsylvania.
Menurut Steve Mulroy, penulis buku Rethinking US Election Law, kubu Trump akan melakukan hal tersebut di semua negara bagian di mana marjin kemenangan tipis, dengan harapan gugatan itu pada akhirnya akan tiba di Mahkamah Agung, di mana mayoritas hakim konservatif enam berbanding tiga diharapkan lebih bersikap simpatik.
Di Nevada, kubu Trump mengajukan gugatan, dengan mengklaim tanpa bukti bahwa ribuan nonwarga telah ikut memberikan suara.
Gugatan kubu Trump untuk memastikan wakil-wakilnya dapat mengamati dengan lebih baik penghitungan suara di Philadelphia, Pennsylvania, telah dikabulkan.
Gugatan untuk menghentikan penghitungan suara di Michigan ditolak, begitu pula gugatan lainnya di Georgia, yang menuduh para petugas pemilu mencampur surat suara yang tidak memenuhi syarat dengan yang sah.
Tim kampanye Biden sendiri menyebut rentetan gugatan itu sebagai strategi yang gagal.
Manajer kampanye Biden, Jen O’Malley Dillon mengatakan gugatan itu tidak ada gunanya, tak lebih dari upaya mengalihkan perhatian serta menunda sesuatu yang tidak terelakkan.
Semua mata kini tertuju pada Pennsylvania dan Georgia. Trump harus menang di kedua negara bagian itu untuk mengamankan jabatan presiden, sedangkan Biden dapat menang tanpa keunggulan di salah satu negara bagian itu jika ia mempertahankan keunggulan tipisnya di Arizona dan Nevada. (VOA)