Banyak Pelecehan Seksual di Kampus UIN, Psikolog: Akibat Imajinasi Liar

Kasus ini menjadi sorotan publik dikarenakan lokasi terjadinya pelecehan berada di institusi pendidikan

Muhammad Yunus
Kamis, 01 Oktober 2020 | 16:12 WIB
Banyak Pelecehan Seksual di Kampus UIN, Psikolog: Akibat Imajinasi Liar
Kampus UIN Alauddin di Samata, Kabupaten Gowa / Foto Suara.com: Muhammad Aidil

"Perilaku itu ada sifatnya juga seperti mengimitasi. Kalau misalnya, dia pernah lihat orang melakukan hal tersebut (pelecehan), dia berusaha untuk mencoba itu. Bisa saja seperti itu imajinasi liar," kata Andi Budhy.

Selain itu, potensi pelecehan juga dapat terjadi dikarenakan kurangnya pengawasan dari pihak kampus. Dimana, UIN Alauddin Makassar yang diketahui memiliki area lahan yang cukup luas, tetapi penjagaannya kurang ketat.

Namun, karena tidak memiliki cukup banyak data dan bertemu langsung dengan orang-orang yang terlibat kasus pelecehan, sehingga Andi Budhy mengaku pernyataan yang dikeluarkan itu kebanyakan asumsi dan opini.

"Penjagaannya juga tidak banyak. Biasanya cuma di pintu masuk dan keluar saja. Setahu saya, karena saya pernah ke situ dan yang saya amati begitu. Kemudian memang mahasiswa yang saya lihat dulu di situ bebas bekeliaran di kampus, kantin di belakang dan rumah-rumah penduduk. Jadi kalau dibilang dari segi kurang pengawasan mungkin iya," papar Budhy.

Baca Juga:FDK UIN Alauddin Sambut Mahasiswa Baru Secara Virtual

Budhy menjelaskan untuk bentuk-bentuk pelecehan sejatinya memiliki tingkatan. Dari empat kasus pelecehan di UIN Alauddin Makassar yang terekspos, tiga diantaranya, yaitu pemasangan kamera GoPro di toilet wanita, begal payudara, pelecehan oknum CPNS Dosen terhadap mahasiswa masuk dalam kategori pelecehan seksual.

"Pelecehan itu punya banyak tingkatan sebenarnya. Mulai dari odo-odo, misalnya dirazia perempuan sebenarnya sudah pelecehan juga. Kemudian memegang tangan juga itu pelecehan. Pegang tangan yang dimaksud itu kalau dalam bahasa bugis kobbi-kobbi. Dan sampai pada tingkatan tertinggi adalah dengan melakukan pemerkosaan," jelas dia.

Khusus untuk kasus teror alat kelamin melalui panggilan video, kata Budhy, dalam ilmu psikolog dikenal dengan sebutan exhibitionisme atau gangguan seksual.

Orang yang mengalami gangguan seksual ini biasanya memperlihatkan alat kelaminnya kepada lawan jenis. Demi mendapatkan semacam kepuasan seksual.

"Tapi dia tidak berani menyerang secara fisik atau memperkosa dan sebagainya. Tetapi kepuasan itu lebih banyak dia dapat dengan memperlihatkan kelaminnya itu. Walaupun sebenarnya dari jauh. Jadi dia buka celananya dan memperhatikan objek yang dia sasar," katanya.

Baca Juga:Viral ATM Pecahan Uang Rp 20 Ribu, Pahlawannya Anak Kos saat Akhir Bulan

Diduga masih ada kasus yang belum terungkap

Dengan adanya empat kejadian ini, Andi Budhy menduga masih ada kasus pelecehan yang belum terekspos. Karena para korban tidak mau melapor akibat takut menanggung malu.

Karena itu, ia berharap pihak kampus dapat membuat regulasi. Tujuannya, adalah agar mahasiswa di UIN Alauddin khususnya perempuan dapat terlindungi.

"Tidak menuntut kemungkinan banyak kasus yang tersembunyi karena orang-orang yang mengalami pelecehan itu tidak mau menyampaikan. Mungkin karena aib dan malu sebagainya," katanya.

Wakil Rektor III UIN Alauddin Makassar Bidang Kemahasiswaan, Darussalam menyatakan dari keempat kasus yang terjadi tersebut semuanya pun sudah ditindaki pihak kampus.

Bahkan, dari empat kasus yang terjadi di UIN Alauddin Makassar, tiga diantaranya pun diklaim sudah diselesaikan oleh pimpinan kampus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini